Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Tedros Adhanom, Orang Afrika Pertama Jadi Dirjen WHO

image-gnews
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO [BUSINESS INSIDER]
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO [BUSINESS INSIDER]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tedros Adhanom Ghebreyesus mungkin orang nomor satu di Organisasi Badan Dunia atau WHO yang pertama mendapat serangan bertubi-tubi dari Amerika Serikat saat wabah virus menyerang sedikitnya 190 negara.

Serangan itu tak hanya menyangkut kinerja namun juga integritasnya, hingga ancaman pembunuhan berlatar rasis saat menangani wabah Corona.

Pemicu kekisruhan panjang ini ketika Presiden AS Donald Trump menuding WHO kini menjadi Cina sentris dan berujung dengan memutuskan untuk menghentikan sementara bantuan dana AS untuk WHO hingga rampung pengkajian terhadap kinerja salah satu organ PBB itu.

Andai Tedros tidak berkunjung ke Cina bertemu Presiden Xi Jinping saat negara itu berkejaran waktu membasmi wabah virus Corona pada Januari 2020. Andai Tedros tidak memuji keberhasilan Cina melakukan langkah lockdown yang sempat dikritik para aktivis HAM sebagai pelanggaran HAM dan belakangan diikuti semua negara yang terkena wabah. Andai Tedros bukan dari salah satu negara Afrika yang sarat korupsi dan jauh dari transparansi.

Siapa Tedros? Bagaimana rekam jejaknya hingga terpilih sebagai orang nomor satu di WHO?

Berdasarkan data yang dimuat di situs resmi WHO, Tedros terpilih sebagai direktur jenderal WHO pada Mei 2017. Tedros pun menjadi orang Afrika pertama yang menempati jabatan tertinggi sejak 69 tahun WHO berdiri. Sekaligus yang pertama dengan latar belakang akademik bukan dokter.

Dia meraih 133 suara saat pemilihan kandidat direktur jenderal WHO yang beranggotakan 194 negara. Dari 54 negara Afrika anggota WHO, 50 negara memilih Tredos.

Tedros terpilih sebagai direktur jenderal WHO tidak lama setelah wabah Ebola yang mengerikan di Afrika Barat. WHO saat itu mendapat kritikan tajam karena dianggap tidak bertindak cepat untuk mencegah penularannya sejak dini.

Lahir di kota Asmara, Eritrea, tahun 1965 dan besar di wilayah Tigray, Ethiopia, Tedros meraih PhD bidang Kesehatan Masyarakat dari Universitas Nottingham dan MSc bidang Penyakit Immunologi Infeksi dari Universitas London.

Tedros menjadi anggota Front Pembebasan Rakyat Tigray yang kemudian berhasil menjatuhkan diktator Marxis Ethiopia, Mengistu Haile Mariam tahun 1991.

Keahliannya di bidang malaria membuat Tedros menjadi sosok diperhitungkan pemerintah Ethiopia.

Di tahun 2005, Tedros pun dipilih sebagai menteri kesehatan Ethiopia. Dia menjabatnya hingga 2012.

Tedros meraih pujian karena melakukan reformasi di sektor kesehatan dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan di Ethiopia. Menurunkan angka HIV/AIDS, campak dan malaria. Dia juga memperkenalkan teknologi informasi dan internet dalam sistem kesehatan Ethiopia.

Menurut laporan Time pada 21 November 2019. Tedros membangun sistem pelayanan kesehatan utama yang berfokus pada perempuan. Sekitar 38 ribu pekerja kesehatan komunitas dikerahkan ke seluruh negeri, sehingga mengurangi angka kematian ibu dan anak hingga 60 persen.

Dia kemudian dipercaya sebagai menteri luar negeri dari tahun 2012 hingga 2016. Setahun kemudian, Tedros memenangkan pemilihan kandidat direktur jenderal WHO.

Tedros tidak luput dari manuver orang-orang yang menolaknya menjadi orang nomor satu di WHO, baik dari dalam negaranya maupun dari luar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekelompok oposisi di Ethiopia menudingnya menutup-nutupi wabah kolera di negaranya. Tedros membantahnya dan menuntut balik oposisi itu.

"Mereka tahu selama kampanye mereka kehilangan alasan, mereka harus berusaha dengan upaya terakhir mereka untuk mendiskreditkan saya," kata Tedros sebagaimana dilaporkan Time, 19 November 1919.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu Presiden Xi Jinping Januari 2020. [KYODO NEWS|DAILY MAIL]

Daily Mail, 8 April 2020 melaporkan tentang upaya diplomat Cina untuk memenangkan Tedros di WHO. Media Inggris ini melaporkan para diplomat Cina terlibat dalam melakukan lobi untuk memenangkan Tedros dalam pemilihan direktur jenderal WHO.

Media The Times.co.uk melaporkan para diplomat Cina telah berkampanye keras untuk orang Ethiopia itu, menggunakan pengaruh uang Cina dan anggaran untuk membangun dukungan baginya di antara negara-negara berkembang.

Tedros disorot saat berkunjung ke Cina yang sedang diserang wabah Corona Januari 2020. Tedros bertemu Presiden Xi Jinping. Tedros memuji langkah Cina untuk mencegah penularan virus Corona dengan melakukan lockdown.

Dia juga dikritik karena lamban mengumumkan status pandemi atau wabah Corona sementara puluhan negara sudah kelimpungan menghadapi serangan virus baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina.

Satu hal lagi yang membuat Tedros menuai kritikan ketika mengusulkan diktator Mozambik, Robert Mugabe sebagai duta kesehatan WHO.

Tedro dicurigai mau membalas upaya Cina memenangkannya di WHO. Mugabe merupakan pendukung setia Cina selama ini.

Menariknya lagi, bantuan Cina untuk WHO meningkat siginifikan di masa kepemimpinan Tedros, yakni dari US$ 2 juta di tahun 2016 menjadi US$ 38 juta di 2019. Cina pun menyatakan kesiapannya untuk menaikkan kontribusi menjadi US$ 57 juta tahun ini.

Di tengah merebak tudingan kedekatannya dengan Cina, Tedros mengeluarkan pernyataan terbuka pada awal April lalu bahwa dia menerima ancaman untuk dibunuh dan ejekan rasis.

"Saya dapat mengatakan kepada anda tentang serangan pribadi yang telah terjadi lebih dari dua atau tiga bulan, komentar rasis melecehkan, saya dijuluki hitam atau negro, untuk pertama kali saya membuat pernyataan publik, bahkan ancaman kematian," ujar Tedros sebagaimana dilaporkan Business Insider, 8 April 2020.

"Saya tidak peduli siapa mengatakan itu tentang saya. Saya mau lebih fokus pada menyelamatkan nyawa. Mari bertarung dengan kuat untuk menekan dan mengendalikan virus itu."

Ancaman rasis untuk membunuhnya muncul ketika WHO menyerukan agar negara di seluruh dunia tidak mempolitisasi wabah Corona, khususnya Cina dan Amerika Serikat.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

11 jam lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

12 jam lalu

Cina akan garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.


Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

13 jam lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi (kiri) berdialog dengan pelajar saat Kegiatan Edukasi Keuangan di Indonesia Banking School, Jakarta, Senin, 22 Januari 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan kegiatan Edukasi Keuangan terkait investasi, pinjaman hingga perencanaan keuangan yang diikuti sekitar 1.500 pelajar secara luring dan daring guna meningkatkan literasi keuangan masyarakat khususnya bagi pelajar. TEMPO/Tony Hartawan
Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

13 jam lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.


Kronologi Kereta Cepat Jakarta-Bandung: dari Digagas SBY hingga KAI Terbebani Utang Rp6,9 T

23 jam lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Kronologi Kereta Cepat Jakarta-Bandung: dari Digagas SBY hingga KAI Terbebani Utang Rp6,9 T

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menyisakan pekerjaan rumah bagi PT Kereta Api Indonesia berupa utang Rp6,9 triliun ke Bank Pembangunan Cina (CDB)


Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

1 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan (kedua dari kanan) dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (kedua dari kiri) saat acara High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) Indonesia dan Tiongkok ke-4 di Labuan Bajo, Timur Nusa Tenggara, Jumat (19 April 2024). ANTARA/HO-Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan
Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia dan Tiongkok telah sepakat untuk membentuk tim ihwal penggarapan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.


Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

1 hari lalu

Orang-orang berdiri di jalan yang banjir saat badai membawa hujan dan hujan es ke Nanchang, provinsi Jiangxi, Cina 2 April 2024. Reuters
Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024


Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

1 hari lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Kereta cepat Jakarta-Surabaya pernah direncanakan akan dibangun pada masa pemerintahan Jokowi periode pertama, namun proyek tidak jadi dilaksanakan.


Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

1 hari lalu

Jet tempur F-16 Israel menembakkan roket udara-ke-darat 'Rampage'. (Sistem Industri Militer Israel dan Industri Dirgantara Israel)
Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

Pengeluaran militer global pada 2023 mencapai rekor tertinggi dengan angka US$2.443 miliar atau sekitar Rp39,66 kuadriliun.


Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

1 hari lalu

Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Tegalluar, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. (ANTARA/Rubby Jovan)
Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.