TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara kembali membuka sejumlah SMA dan universitas secara bertahap setelah liburan musim dingin yang diperpanjang untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Mahasiswa dan pelajar kelas tiga SMA yang akan segera lulus kembali ke sekolah pada 17 April, menurut sumber di Provinsi Pyongan Selatan, dikutip dari Daily NK, 22 April 2020.
Siswa kelas satu dan dua SMA, bersama dengan siswa sekolah menengah pertama, siswa sekolah dasar, pra-sekolah dan usia dini, akan tetap ditutup hingga 20 Mei.
Media milik pemerintah Korea Utara, Naenara, melaporkan baru-baru ini bahwa sekolah-sekolah akan dibuka kembali secara bertahap, tetapi tidak menyebutkan tanggal yang spesifik.
Sumber mengatakan kepada Daily NK bahwa kegiatan universitas di seluruh negeri akan dimulai dengan pembacaan "sumpah" untuk menghormati mantan pemimpin Kim Il Sung dari jam 8 pagi pada 17 April selama sekitar 30 menit. Siswa sekolah dasar bersama dengan anggota Liga Pemuda Kimilsungis-Kimjongilist juga berpartisipasi dalam upacara serupa di seluruh negeri sebelum kembali ke rumah.
"Siswa muda dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akan kembali ke sekolah nanti, tetapi itu tergantung pada bagaimana perkembangan pandemi COVID-19," kata sumber.
Semua siswa kelas tiga SMA dilaporkan telah kembali ke sekolah, kecuali mereka yang telah menerima perintah wajib militer atau mendapat surat penerimaan universitas.
Sebelumnya, Korea Utara berencana mengadakan kelas selama musim panas untuk menebus waktu kelas yang hilang karena penutupan sekolah di tengah wabah virus Corona.
Korea Utara berulang kali mengklaim tidak memiliki kasus virus Corona di wilayahnya.
Dikutip dari NK News, surat kabar Korea Utara, Rodong Sinmun, pada hari Selasa menegaskan kembali klaim nol kasus, namun mendesak warga untuk tetap waspada terhadap ancaman dari COVID-19.
Dalam sebuah artikel berjudul "Kalian Jangan Pernah Lengah," Rodong Sinmun memperingatkan para pembacanya agar tidak menjadi "arogan" dan agar tidak menganggap pandemi terlalu serius.
Rodong Sinmun mengatakan warga seharusnya tidak melihat kerusakan virus Corona di negara-negara lain sebagai sesuatu yang tidak relevan, hanya karena penyakit menular berbahaya itu tidak masuk ke Korea Utara.