TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 230 warga negara Guatemala yang dideportasi dari Amerika Serikat dimasukkan dalam sebuah karantina massal di sebuah pusat olahraga di Ibu Kota Guatemala City. Langkah itu terpaksa dilakukan karena kekhawatiran mereka terpapar virus corona atau COVID-19.
Presiden Guatemala Alejandro Giammattei pada Jumat, 17 April 2020, mengatakan puluhan orang secara random pada Senin, 13 April 2020, sudah melakukan tes virus corona dan hasilnya positif mereka terjangkit virus mematikan itu ketika dilakukan evaluasi oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat. Semakin banyak penerbangan yang masuk, selalu ada yang positif virus corona. Mereka yang dideportasi itu sudah dilarikan ke sebuah rumah sakit di Guatemala City.
Sejumlah imigran gelap Guatemala diproses masuk ke negaranya kembali, di bandara La Aurora, di Kota Guatemala, Guatemala, Selasa 15 Juli 2014. REUTERS/Jorge Dan Lopez
Dikutip dari reuters.com, setidaknya ada 234 warga negara Guatemala yang di karantina di pusat olahraga Ramiro de Leon Carpio. Lokasi itu beberapa blok dari bandara Guatemala City.
Proses deportasi warga negara Guatemala dari Amerika Serikat pada Kamis, 16 April 2020, sudah dihentikan sementara setelah munculnya beberapa laporan adanya infeksi massal virus corona.
“Kami tidak ingin ada di sini, kami memilih lebih baik dikarantina di rumah. Kami merasa berisiko tinggi dengan berada di sini,” kata Daniel, yang tak mau dipublikasi nama keluarganya.
Daniel di karantina di pusat olahraga Ramiro de Leon Carpio setelah dibat dari Brownsville, Texas, Amerika Serikat, pada Selasa kemarin. Daniel tiba Bersama 108 warga Guatemala lainnya.
Kendati ada anjuran social distancing atau jaga jarak, ruang karantina massal itu per kamarnya dipenuhi oleh sekitar 20 tempat tidur tingkat, dimana jarak antar tempat tidur sekitar satu meter. Dalam karantina massal itu, dilakukan pemeriksaan suhu tubuh setiap tengah malam, setelah bangun tidur, siang dan sore. Daniel mengaku sejauh ini belum melakukan tes virus corona.
Anggota keluarga para imigran itu merasa waswas penyakit malah akan menyebar di komplek karantina tersebut. Terlebih mereka belum menerima informasi berapa lama imigran yang baru pulang dari Amerika itu akan dikarantina.