Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beda Strategi Lawan Corona, Turki Lockdown Berdasarkan Usia

image-gnews
Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri konferensi video dengan para pemimpin G20 untuk membahas wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Huber Mansion di Istanbul, Turki, 26 Maret 2020. [Kantor Kepresidenan Turki via REUTERS]
Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri konferensi video dengan para pemimpin G20 untuk membahas wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Huber Mansion di Istanbul, Turki, 26 Maret 2020. [Kantor Kepresidenan Turki via REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Turki menerapkan strategi lockdown yang berbeda dengan negara-negara lain guna melawan penyebaran virus Corona.

Akhir pekan lalu, pemerintah Turki menerapkan jam malam 48 jam untuk 31 provinsi, berdampak pada tiga perempat populasi Turki.

Namun, lockdown mendadak ini menyebabkan kekacauan. Jam malam diumumkan hanya dua jam sebelum diberlakukan, menyebabkan kepanikan belanja di beberapa daerah ketika orang berbondong-bondong ke toko-toko kelontong dan toko roti, dengan sedikit memperhatikan langkah-langkah jarak sosial.

Menyusul kekacauan jam malam, Presiden Recep Tayyip Erdogan berpidato kepada bangsa, mengklaim Turki cukup kuat untuk melindungi dan menyokong warganya, sementara mendesak penduduk untuk tinggal di rumah dan mengumumkan jam malam akhir pekan yang lain.

Iring-iringan kendaraan membawa pengungsi Suriah kembali ke rumah mereka, karena takut akan wabah penyakit virus corona (COVID-19) di kamp-kamp pengungsian yang padat, di Dayr Ballut, Suriah, 11 April 2020. Ribuan pengungsi Suriah kembali ke rumah mereka di provinsi Idlib setelah khawatir akan mewabahnya virus corona di dekat perbatasan Turki. REUTERS/Khalil Ashawi

Dalam menghadapi virus Corona, Turki mengambil strategi pembatasan sosial berdasarkan usia.

Selama minggu ini, perintah tinggal di rumah hanya berlaku untuk mereka yang berusia di bawah 20 atau lebih dari 65 tahun. Semua warga negara secara teori diizinkan untuk keluar, meskipun banyak usaha kecil tutup, restoran buka untuk pengiriman atau pengambilan. Namun, tempat-tempat umum seperti taman dilarang, dan bank memiliki jam operasional terbatas, seperti dikutip dari CNN, 18 April 2020.

Sebaliknya, lokasi konstruksi tetap beroperasi, bersama dengan pabrik dan bisnis lain yang tidak mau terkena dampak ekonomi.

Beberapa ahli mengatakan pembatasan parsial seperti Turki dapat berhasil, selama mereka yang rentan terus dilindungi dan mereka yang berani mengikuti langkah-langkah yang tepat.

"Ini strategi alternatif," kata Dr. Muhammad Munir, seorang ahli virus di Lancaster University di Inggris, menjelaskan bahwa orang sehat yang keluar untuk berbelanja rutin tidak selalu membahayakan.

"Delapan puluh persen orang yang terinfeksi telah pulih. Jadi, jika orang sehat yang tidak memiliki penyakit bawaan, maka itu sangat membantu. Satu-satunya manfaat dari lockdown adalah bahwa penyebaran penyakit akan lambat, tekanan pada rumah sakit akan berkurang."

Jeremy Rossman, seorang dosen senior kehormatan dalam Virologi di University of Kent mengatakan strategi itu sulit mengingat jumlah kasus yang dilaporkan Turki setiap hari, dan bahwa lockdown sebagian hanya benar-benar efektif ketika dilakukan sejak awal dan suatu negara masih memiliki level kasus yang rendah, atau jika fase penularan suatu negara telah memuncak dan keluar dari lockdown penuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Turki adalah salah satu dari 10 negara tertinggi di dunia dalam angka infeksi virus Corona yang dikonfirmasi, dan jumlah korbannya meningkat lebih dari 4.000 kasus per hari. Namun, tingkat kematian di Turki jauh lebih rendah daripada di tempat lain.

Turkish Medical Association (TMA) mengatakan statistik kematian virus Corona resmi Turki tidak termasuk kasus yang sangat menunjukkan indikasi COVID-19 tetapi tes negatif.

Presiden Turki Tayyip Erdogan didampingi beberapa pejabat mengikuti forum KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Huber Mansion, Istanbul, Turki, 26 Maret 2020. Presidential Press Office/Handout via REUTERS

Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca berpendapat bahwa tingkat kematian Turki yang hanya di atas 2%, disebabkan oleh kapasitas perawatan kesehatan yang besar di negara itu dan protokol perawatan yang berbeda dari negara lain.

Koca mengatakan bahwa, tidak seperti negara lain, pendekatan Turki untuk memerangi COVID-19 berpusat pada pelacakan kontak daripada pengujian umum atau pengujian setelah presentasi klinis.

Mereka juga menunda intubasi dengan menggunakan oksigen frekuensi tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang katanya telah menghasilkan hasil yang lebih baik.

Turki juga menggunakan obat malaria hydroxychloroquine dan favipiravir, antiviral Jepang, jauh lebih awal dari negara lain pada awal COVID-19, kata Koca.

Tetapi Dr. Lancaster dari Lancaster University adalah satu dari banyak ahli medis yang menentang penggunaan obat malaria.

Dia mengatakan risiko efek samping melebihi manfaat apapun yang mungkin dimiliki dengan menggunakan hydroxychloroquine. ""Ketika menggunakan hydroxychloroquine, pasien mungkin telah pulih dari COVID-19, tetapi setelah satu tahun mereka mungkin menderita masalah jantung dan kebutaan. Inilah sebabnya mengapa tidak ada cukup bukti untuk menyetujui obat ini pada skala masif."

Pemerintah mengatakan ICU negara masih memiliki banyak kapasitas dan tidak ada kekurangan tempat tidur rumah sakit. Turki, yang tidak melaporkan kasus pertamanya hingga pertengahan Maret, punya waktu untuk bersiap. Memang, sistem rumah sakit Turki begitu baik sehingga negara itu telah menjadi tujuan wisata medis.

Untuk menanggapi wabah virus Corona, Turki juga dengan cepat mengembangkan program untuk memproduksi dan mendistribusikan alat pelindung diri (APD) tidak hanya digunakan di dalam Turki sendiri, tetapi juga di luar negeri, dengan mengirimkan muatan kargo ke lebih dari 30 negara, termasuk Inggris, Spanyol, dan Italia, negara Eropa terparah yang terdampak virus Corona.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

11 jam lalu

Pria Palestina duduk di reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza utara, 22 April 2024. PkkREUTERS/Mahmoud Issa
Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

3 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

6 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

6 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

7 hari lalu

Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak dalam gambar) di Kanselir di Berlin, Jerman, 17 November 2023. REUTERS/Liesa Johannssen
Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

Recep Tayyip Erdogan kembali menyamakan Israel dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.


Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

8 hari lalu

Ilustrasi digital nomad (Pixabay)
Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

Apa saja persyaratan untuk mendapatkan visa digital nomad di Italia atau Turki?


15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

9 hari lalu

Berikut ini daftar fakta unik Turki, mulai dari kebiasaan minum teh, asal-muasal Sinterklas, hingga bunga tulip yang jadi bunga nasional. Foto: Canva
15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

Berikut ini daftar fakta unik Turki, mulai dari kebiasaan minum teh, asal-muasal Sinterklas, hingga bunga tulip yang jadi bunga nasional.


Jelajahi Situs Bersejarah di Turki dengan Kereta Wisata Baru

10 hari lalu

Kayseri, Turki. Unsplash.com/yusuf Onuk
Jelajahi Situs Bersejarah di Turki dengan Kereta Wisata Baru

Turki memiliki kereta wisata baru yang akan membawa wisatawan menjelajahi situs bersejarah di negara tersebut


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

13 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

14 hari lalu

Orang-orang menghadiri salat Idul Fitri menandai akhir bulan puasa Ramadhan, di luar Masjid Agung Hagia Sophia di Istanbul, Turki 13 Mei 2021. REUTERS/Kemal Aslan
5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

Perayaan lebaran di berbagai negara menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman. Berikut yang dilakukan di 5 negara ini.