TEMPO.CO, Washington – Industri ritel Amerika Serikat kemungkinan besar mengalami penurunan drastis penjualan pada Maret 2020 akibat wabah virus Corona.
Ini terjadi karena pemerintah menerapkan kebijakan penutupan bisnis untuk mencoba menghentikan penyebaran virus Corona.
“Pengeluaran konsumen untuk belanja berbagai kebutuhan barang menjadi anjlok,” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 15 April 2020.
Laporan dari kementerian Perdagangan pada Rabu, 15 April 2020, akan keluar di tengah jutaan rakyat Amerika kehilangan pekerjaan.
Sejumlah ekonom juga mengakui AS telah memasuki periode resesi.
Baca Juga:
Sejumlah negara bagian dan pemerintahan lokal telah mengeluarkan perintah kepada warga untuk tinggal di rumah, yang berdampak pada sekitar 90 persen rakyat AS.
Saat ini, ada sekitar lebih dari 600 ribu orang terinfeksi virus Corona di AS dengan jumlah terbanyak berada di New York. Sebanyak sekitar 26 ribu orang meninggal.
“Ekonomi nyaris terjun bebas,” kata Sun Won Sohn, seorang profesor ekonomi bisnis di Loyola Marymounth University di Los Angeles.
Dia melanjutkan,”Kita akan melihat dasar dari semua ini saat infeksi virus Corona menjadi stabil. Itu akan menjadi dasar yang cukup curam untuk bisa bangkit lagi.”
Sejumlah ekonom memperkirakan penjualan ritel anjlok 8 persen pada Maret, yang merupakan penurunan terbesar sejak 1992. Sedangkan pada Februari, penjualan ritel anjlok 0.5 persen.
Anjloknya pasar ritel ini juga terlihat dari merosotnya penjualan mobil di dealer mobil, pada Maret. Karena jutaan warga tinggal di rumah untuk menghindari penularan virus Corona dan harga minyak mentah anjlok karena kekhawatiran global resesi yang dalam.