TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia dan Selandia Baru kompak menolak untuk meringankan pembatasan sosial atau bahkan mengangkat lockdown terkait virus Corona. Menurut mereka, masih terlalu awal untuk melakukan hal tersebut. Langkah yang salah diyakini keduanya bisa memicu gelombang baru pandemi virus yang bernama resmi COVID-19 itu.
Pernyataan itu disampaikan mereka usai naiknya pertumbuhan jumlah kasus baru virus Corona di kedua negara. Di Australia, misalnya, jumlah kasus baru naik menjadi 33 pada hari ini meski angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan angka tertinggi sebelumnya yang mendekati 100. Sebelumnya, beberapa hari terakhir, angka kasus di Australia menurun.
"Masih terlalu cepat untuk meringankan pembatasan sosial. Saat ini lebih tepat untuk bertahan dengan pembatasan yang ada. Langkah tersebut terbukti berhasil menekan pertumbuhan kasus baru," ujar Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 13 April 2020.
Alih-alih meringankan pembatasan sosial, Australia malah memperketatnya pada libur Paskah pekan lalu. Hal itu untuk memastikan tidak ada warga yang membandel. Personil kepolisian, helikopter, dan titik pemeriksaan disebar di berbagai tempat untuk memastikan warga tetap berada di Australia dan mengisolasi diri.
Kepala Petugas Medis Australia, Brendan Murphy, beranggapan bahwa kecil kemungkinan Australia meringankan pembatasan sosial dalam waktu dekat. Evaluasi pembatasan sosial saja, menurut Murphy, baru akan terjadi beberapa pekan lagi.
"Beberapa pekan lagi, mungkin baru mereka mengambil keputusan soal pembatasan apa yang bisa diringankan," ujarnya.
Di Selandia Baru, Perdana Meneteri Jacinda Ardern menyebut perang melawan virus Corona belum usai selama pandemi tersebut masih mengancam. Oleh karenanya, ia belum akan meringankan lockdown yang berlaku di Selandia Baru dalam waktu dekat.
Mengutip Reuters, Ardern diagendakan mengevaluasi lockdown di Selandia Baru pada pekan depan. Dari situ, baru ia akan menentukan langkah selanjutnya, apakah meringankan atau memperpanjang dan memperketat lockdown.
Kedua negara sadar bahwa langkah pembatasan yang mereka lakukan berdampak ke perekonomian mereka. Oleh karenanya, mereka berencana membuat kebijakan baru untuk mendorong kegiatan ekonomi lagi. Australia, misalnya, tengah menimbang kemungkinan meminta maskapai penerbangan untuk mensubsidi penerbangan domestik.
"Kami sangat sadar bahwa ekonomi kami juga harus segera jalan," ujar Ardern menambahkan.
Per berita ini ditulis, Australia tercatat memiliki 6.322 kasus dan 61 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Sementara itu, New Zealand memiliki 1.349 kasus dan 5 korban meninggal.
ISTMAN MP | REUTERS