TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris akhirnya memastikan bahwa evaluasi lockdown virus Corona akan tetap dilaksanakan pekan depan. Adapun evaluasi akan dilakukan pada hari Senin, 13 April 2020.
"Evaluasi lockdown tetap berjalan sesuai rencana pada pekan depan. Namun, kami minta publik untuk tetap mengikuti aturan yang telah kami tetapkan mengingat sekarang kita dalam situasi kritis," ujar pemerintah Inggris dalam pernyataan persnya sebagaimana dikutip dari BBC, Rabu malam, 8 April 2020.
Awalnya, evaluasi lockdown pada Senin nanti terancam tak terlaksana. Sebab, Perdana Menteri Boris Johnson dilarikan ke rumah sakit akibat tertular virus Corona. Johnson adalah orang yang menjanjikan evaluasi lockdown pada pekan depan.
Adapun lockdown di Inggris sudah berlangsung sejak tanggal 23 Maret lalu. Johnson menjanjikan lockdown akan berlangsung selama tiga pekan sebelum dilakukan evaluasi untuk menentukan kelanjutannya. Jika terjadi penurunan penyebaran virus Corona, Johnson berjanji akan meringankan lockdown yang ada.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Muda Edward Argar menyatakan bahwa lockdown akan diringankan apabila masa puncak pandemi sudah lewat di Inggris. Hingga saat ini, ia belum bisa memastikan kapan puncak pandemi akan terjadi.
"Terlalu awal untuk memprediksi kapan pandemi akan terjadi," ujar Argar. Argar mengaku tidak yakin lockdown akan diringankan.
Senada dengan Argar, Wali Kota London Sadiq Khan juga tidak yakin lockdown akan diringankan. Ia memprediksi puncak pandemi virus Corona di Inggris baru akan terjadi 10 hari lagi. Oleh karenanya, paling cepat, lockdown baru akan diringankan 14 hari lagi sejak hari Senin nanti.
"Saya rasa tidak akan ada pencabutan lockdown karena puncaknya baru akan terjadi sekitar satu setengah pekan lagi," ujar Khan.
Uniknya, sebelum Inggris memutuskan apakah akan memperpanjang lockdown atau meringankannya, Wales sudah memutuskan untuk memperpanjang lockdown di sana. Hal itu dipastikan oleh Menteri Pertama Wales, Mark Drakeford.
Hingga berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 55.940 kasus dan 6.171 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).
ISTMAN MP | BBC