TEMPO.CO, Tokyo – Perdana Menteri Jepang, Abe Shinzo, menyatakan negara dalam keadaan darurat untuk menangani penyebaran wabah virus Corona atau COVID-19.
Abe juga mengumumkan paket stimulus ekonomi untuk membantu masyarakat dan perusahaan yang terkena imbas ekonomi akibat berkurangnya pendapatan dengan nilai total sekitar US$990 miliar atau sekitar Rp16 ribu triliun.
“Kami telah menyatakan negara dalam keadaan darurat karena kami menilai penyebaran cepat virus Corona secara nasional akan berdampak sangat besar bagi keselamatan jiwa masyarakat dan ekonomi,” kata Abe kepada parlemen seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa, 7 April 2020.
Abe menyatakan keadaan darurat ini berlaku di ibu kota Tokyo, Osaka dan enam prefektur lain dengan total penduduk sekitar 44 persen dari populasi. Status darurat ini berlaku selama satu bulan.
Mengenai paket stimulus ekonomi, jumlahnya Rp16 ribu triliun itu setara dengan 20 persen dari Produk Domestik Bruto Jepang.
Jumlah ini digelontorkan untuk meminimalkan kerusakan ekonomi akibat wabah virus Corona, yang menyebabkan nyaris semua kegiatan perusahaan dan usaha kecil berhenti.
Jumlah ini secara rasio lebih besar dari pada paket stimulus Amerika Serikat, yang diumumkan Presiden Donald Trump, yaitu sekitar 11 persen dari PDB. Jerman mengumumkan paket stimulus sebesar 5 persen dari total PDB.
Namun, angka-angka ini bisa terus berubah karena Trump mengatakan akan meminta alokasi dana baru jika paket bantuan untuk usaha kecil senilai US$350 miliar atau sekitar Rp5.700 triliun habis terpakai dan kondisi ekonomi belum membaik.
Abe mengatakan pengeluaran pajak langsung untuk meringankan beban perusahaan dan masyarakat sebanyak 39 triliun yen atau 7 persen dari total PDB. Ini setara Rp5.800 triliun. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dari pada jumlah dana pajak yang dikeluarkan untuk penanganan krisis keuangan 2008 pasca bangkrutnya Lehman Brothers 2008.
Data dari Johns Hopkins University menunjukkan Jepang memiliki jumlah kasus infeksi virus Corona sebanyak sekitar 3.9 orang dan korban meninggal 92 orang. Sebanyak 592 orang berhasil sembuh setelah menjalani perawatan di rumah sakit.