TEMPO.CO, Jakarta - Meski Jerman dihantam wabah virus Corona sangat keras, negara ini memiliki tingkat kematian yang sangat rendah dibanding negara-negara lain, bahkan sesama negara Eropa.
Jerman adalah negara yang pro-aktif menangani virus Corona, salah satunya dengan "Taksi Corona". Taksi Corona adalah julukan petugas medis yang mengenakan perlengkapan pelindung, mengemudi mobil di jalan-jalan kosong di Heidelberg untuk memeriksa pasien yang di rumah, lima atau enam hari sakit dengan gejala virus Corona.
Petugas melakukan tes darah, mencari tanda-tanda bahwa seorang pasien akan mengalami penurunan kondisi yang tajam. Mereka mungkin menyarankan rawat inap, bahkan untuk pasien yang hanya memiliki gejala ringan.
"Ada titik kritis pada akhir minggu pertama," kata Prof. Hans-Georg Kräusslich, kepala virologi di University Hospital di Heidelberg, salah satu rumah sakit penelitian terkemuka Jerman, dikutip dari New York Times, 7 April 2020.
"Jika Anda adalah orang yang paru-parunya mungkin gagal, saat itulah Anda akan mulai memburuk," katanya.
Taksi Corona Heidelberg hanya satu inisiatif di satu kota. Tapi mereka menggambarkan tingkat keterlibatan dan komitmen sumber daya publik dalam memerangi pandemi.
Ini adalah satu jawaban dari beberapa faktor yang memunculkan pertanyaaan: Mengapa tingkat kematian Jerman sangat rendah?
Papan dengan informasi tentang virus Corona terlihat di stasiun kereta bawah tanah Neumarkt, ketika penyebaran penyakit COVID-19 berlanjut di Cologne, Jerman, 30 Maret 2020. [REUTERS / Wolfgang Rattay]
Menurut Universitas Johns Hopkins, Jerman memiliki lebih dari 100.000 infeksi yang dikonfirmasi di laboratorium pada Senin pagi, lebih banyak daripada negara lain kecuali Amerika Serikat, Italia, dan Amerika Serikat, atau Spanyol. Angka ini menjadikan Jerman satu dari lima negara yang terpukul paling parah oleh virus Corona.
Tetapi melihat angka infeksi yang begitu besar, Jerman hanya memiliki tingkat fatalitas dengan 1.584 kematian, angka kematian Jerman mencapai 1,6 persen, dibandingkan dengan 12 persen di Italia, sekitar 10 persen di Spanyol, Prancis dan Inggris, 4 persen di Cina dan hampir 3 persen di Amerika Serikat. Bahkan Korea Selatan, dengan model perataan kurva, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, 1,8 persen.
"Ada pembicaraan tentang anomali Jerman," kata Hendrik Streeck, direktur Institut virologi di University Hospital Bonn. Profesor Streeck telah menerima telepon dari kolega di Amerika Serikat dan di tempat lain.
"Metode berbeda apa yang Anda lakukan?" kolega Streeck bertanya. "Mengapa tingkat kematian di sana (Jerman) sangat rendah?"
Ada beberapa jawaban yang dikatakan para ahli, campuran dari distorsi statistik dan perbedaan yang sangat nyata dalam cara Jerman mengatasi wabah.
Rata-rata usia mereka yang terinfeksi lebih rendah di Jerman daripada di banyak negara lain. Banyak pasien awal terkena virus di resor ski Austria dan Italia dan relatif muda dan sehat, kata Profesor Kräusslich.
"Itu dimulai sebagai wabah pemain ski," katanya.
Ketika infeksi telah menyebar, semakin banyak orang yang lebih tua terkena dan tingkat kematian, hanya 0,2 persen dua minggu lalu, juga telah meningkat. Tetapi usia rata-rata tertular penyakit ini masih relatif rendah, yaitu usia 49. Di Prancis, 62,5 tahun dan di Italia 62, menurut laporan nasional terbaru masing-masing negara.
Penjelasan lain untuk tingkat kematian yang rendah adalah bahwa Jerman telah menguji jauh lebih banyak orang daripada kebanyakan negara. Ini berarti Jerman menguji lebih banyak orang dengan sedikit atau tanpa gejala, meningkatkan jumlah kasus yang diketahui, tetapi bukan jumlah kematian.
"Itu secara otomatis menurunkan angka kematian di atas kertas," kata Profesor Kräusslich.
Tetapi ada juga faktor medis signifikan yang membuat jumlah kematian di Jerman relatif rendah, kata ahli epidemiologi dan ahli virus, di antara mereka, pengujian dan pengobatan dini dan luas, banyak tempat perawatan intensif dan pemerintah terpercaya yang pedoman jarak sosialnya diamati secara luas.