TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Turki menjamin kelanjutan studi pelajar atau mahasiswa Indonesia penerima beasiswa sekalipun negara ini menghadapi wabah Covid-19
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden YTB, Abdullah Eren, dan Sekretaris Jenderal TDV, Abdurrahman Cetin, dalam dua percakapan video secara terpisah dengan Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, masing-masing pada tanggal 31 Maret dan 3 April 2020.
Pembicaraan tersebut dilakukan atas inisiatif KBRI Ankara guna merespons kekhawatiran pelajar atau mahasiswa dan orang tua penerima beasiswa dari Indonesia terkait kelanjutan studi mereka di tengah wabah Covid-19 yang melanda Turki.
Sebagaimana diberitakan, hampir sebagian besar asrama mahasiswa milik pemerintah di Turki digunakan sebagai tempat karantina bagi puluhan ribu warga Turki yang baru kembali dari luar negeri, termasuk jamaah umrah, mahasiswa Turki yang dievakuasi dari luar negeri dan tentara yang baru kembali dari penugasan di pangkalan militer Turki di luar negeri.
Akibatnya sebagian mahasiswa harus meninggalkan asrama. Sebagian menumpang di rumah mahasiswa lain selama beberapa hari dan sebagian lainnya pindah ke asrama yang dikelola oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Turki.
Dalam pembicaraan dengan kedua petinggi Lembaga pemberi beasiswa Turki tersebut, selain menanyakan rencana kedua Lembaga terhadap para pelajar dan mahasiswa, Dubes Iqbal juga menawarkan untuk berbagi beban dan bersama-sama memikirkan kelanjutan studi pelajar dan mahasiswa.
“Kedua pimpinan Lembaga mengakui memang ada ketidaknyamanan akibat seluruh sumber daya pemerintah Turki sejak pertengahan Maret 2020 difokuskan kepada penanganan Covid-19. Namun keduanya mengkonfirmasi bahwa seluruh pelajar dan mahasiswa Indonesia penerima beasiswa akan dijamin kelanjutan studi dan akan diberikan hak-hak beasiswa secara penuh selama situasi kedaruratan ini. Semoga berita ini menenangkan orang tua dan keluarga pelajar dan mahasiswa penerima beasiswa”, kata Dubes Iqbal menceritakan hasil pembicaraan tersebut.
Selain menjamin kelangsungan studi pelajar dan mahasiswa penerima beasiswa dari pemerintah Turki, kedua pimpinan Lembaga pemberi beasiswa juga menjamin jika ada mahasiswa yang membutuhkan perawatan kesehatan, termasuk yang terkait dengan Covid-19, mereka akan diperlakukan sama dengan warga negara Turki.
“Dua minggu lalu seorang mahasiswa Indonesia yang meminta pelayanan ke KBRI terdeteksi panas tubuhnya di atas 38 derajat. Kami langsung menghubungi call center Pemerintah Turki dan mahasiswa tersebut langsung dijemput oleh ambulans dan dibawa ke rumah sakit rujukan untuk pengetesan dan perawatan. Alhamdulillah hasil tesnya negatif dan mahasiswa tersebut diperbolehkan pulang tanpa harus membayar”, imbuh Iqbal.
Saat ini terdapat sekitar 4.500 WNI di Turki. Dari jumlah tersebut, 1.500 di antaranya bekerja sebagai spa therapist, sekitar 2.700 adalah pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah WNI yang bekerja di organisasi-organisasi internasional dan mereka yang menikah dengan warga negara Turki.
Dari jumlah pelajar dan mahasiswa di Turki, 330 orang diantaranya adalah penerima beasiswa, sedangkan selebihnya adalah mereka yang belajar di Turki atas biaya sendiri.
Guna menangani dampak wabah Covid-19 terhadap WNI di Turki, KBRI Ankara dan KJRI Istanbul telah membuat rencana kontijensi dan membentuk Satuan Tugas bersama dengan melibatkan wakil masyarakat Indonesia di hampir semua kota di Turki maupun Siprus Utara.
Sejak kasus Covid-19 pertama diumumkan di Turki pada 10 Maret lalu hingga 3 April, Pemerintah Turki telah melakukan tes Covid-19 terhadap 125.556 orang. Dari hasil test tersebut diketahui terdapat 18.135 pasien positif, meninggal 356 orang, pasien di ICU 1.101 orang, dan pasien sembuh 415 orang.