TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah laporan media menyebut Turkmenistan melarang kata "virus Corona" dan memenjarakan orang yang mengenakan masker.
Sejauh ini pemerintah Turkmenistan tidak melaporkan kasus virus Corona meski negara tetangganya, Afganistan dan Kazakhstan, apalagi Iran, mengkonfirmasi kasus infeksi.
Turkmenistan, sebuah negara Asia Tengah kaya minyak yang terisolasi dengan sistem otoritarianisme, telah mengklaim bahwa mereka tidak memiliki kasus virus Corona, dan dituduh menekan informasi tentang pandemi.
Menurut pemerintah Turkmenistan, tidak ada seorang pun di sana yang terinfeksi COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru, dikutip dari Business Insider, 2 April 2020.
Benarkah Turkmenistan melarang penyebutan kata virus Corona?
Adalah Radio Azatlyk, media berbahasa Turkmenistan dari Radio Free Europe/Radio Liberty, yang pertama kali melaporkan polisi berpakaian preman menangkap orang-orang karena membahas pandemi di depan umum atau mengenakan masker pelindung.
Pemerintah juga telah menghapus penyebutan virus Corona dari literatur informasi kesehatan masyarakat untuk populasi 5,7 juta, yang didistribusikan di rumah sakit dan sekolah, kata Radio Liberty.
"Penyangkalan informasi ini tidak hanya membahayakan warga Turkmenistan yang paling berisiko, tetapi juga memperkuat otoritarianisme yang dipaksakan oleh Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov," kata Jeanne Cavelier, kepala Reporters Without Borders untuk kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah.
Namun demikian, frasa "virus Corona" belum sepenuhnya hilang dari leksikon komunikasi pemerintah.
Siaran pers yang dikeluarkan oleh kantor berita negara Turkmenistan Today, pada 25 Maret, memberitakan tajuk utama: "Turkmenistan Membawa Warganya Kembali ke Tanah Air karena Pandemi Virus Corona."
Eurasianet, media yang fokus pada Asia Tengah dan wilayah Kaukasus, mengatakan pemblokiran kata "virus Corona" tidak tepat seperti yang digemborkan media.
Turkmenistan tidak memiliki media independen, tetapi ada beberapa media yang dikelola swasta. Media-media ini selama beberapa minggu terakhir telah merilis beberapa artikel tentang virus Corona, meski laporan menyebut Turkmenistan tidak memiliki masalah virus Corona.
Salah media melaporkan pada 1 April bahwa Departemen Kesehatan Turkmenistan telah membuat hotline telepon untuk anggota masyarakat yang ingin mengetahui informasi tentang virus Corona. Operator mengatakan bahwa orang-orang sering menelepon dengan berbagai pertanyaan dan bahwa tidak ada kebenaran pada klaim bahwa kata "virus Corona" dilarang.
Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedov menyerahkan anak anjing Gembala Asia Tengah (Alabai) kepada Vladimir Putin, Sochi, Rusia, 11 Oktober 2017. [TASS]
Pemerintah Turkmenistan telah membatalkan penerbangan ke dan dari Cina ketika COVID-19 muncul tanpa memberitahu publiknya mengapa.
"Ini adalah ciri khas dari negara otoriter yang sangat terpusat dan personalistis yang hanya sedikit dalam hierarki yang berani mengambil inisiatif tanpa orang yang bertanggung jawab memberikan sinyal eksplisit," tulis editor Eurasianet, Peter Leonard.
Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov percaya bahwa dirinya adalah penguasa dunia dalam banyak hal, termasuk nasib buruk rakyatnya, kesehatan, dan obat-obatan. Dia adalah seorang dokter gigi dengan pelatihan, tetapi dia telah melanglang ke bidang kesehatan lain juga. Hingga saat ini ia telah menulis 10 buku tentang tanaman obat yang dapat ditemukan di Turkmenistan.
Berdymukhamedov adalah sosok eksentrik yang menyenangkan di luar Turkmenistan, tetapi di dalam negeri, kata-katanya serupa hukum: Jika dia tidak berbicara tentang virus Corona, maka kalian tidak berbicara tentang virus Corona.
Meski demikian, Berdymukhamedov baru-baru ini menyinggung virus secara sepintas tanpa menyebut namanya.
Pada Maret, Presiden Berdymukhamedov memerintahkan pejabat pemerintah untuk mengasapi wilayah negara dengan ramuan aromatik, yang dapat memiliki efek psikedelik ketika terisap.
Dia mengatakan asap akan menghancurkan virus yang "tidak terlihat oleh mata telanjang," menurut The Times of London.
Sementara cerita yang diterbitkan oleh Turkmenistan RFE/RL, tentang agen pemerintah yang diduga berpakaian preman menahan orang yang berbicara tentang virus Corona adalah upaya untuk mengurangi kepanikan. Siapapun dilarang menyebarkan informasi tentang virus Corona di luar imbauan resmi pemerintah Turkmenistan karena bisa menimbulkan salah paham dan kepanikan.