TEMPO.CO, Jakarta - Gaza terseok-seok melawan penyebaran virus corona atau COVID-19 mengingat wilayah itu 13 tahun di blokade oleh Israel. Kementerian Kesehatan Palestina pada Rabu, 1 April 2020 menyebut Gaza kekurangan obat-obatan dan alat perlindungan diri (APD).
Menteri Kesehatan Palestina Esref al-Kudra mengatakan pihaknya memerangi COVID-19 dengan kemampuan yang terbatas. Sebanyak 43 persen stok obat-obatan, 25 persen kebutuhan medis dan 65 persen suplai untuk labolatorium serta bank darah, sudah terpakai.
Kudra mengatakan saat ini cairan pembersih dan alat perlindungan diri sangat kekurangan. Dia pun mendesak otoritas lokal, regional dan internasional agar segera mengambil langkah-langkah memberikan suplai kebutuhan medis pada Palestina.
Palestina mengimbau masyarakat agar salat Jumat di rumah demi menekan angka penyebaran virus corona. Sumber: the star online
Dikutip dari aa.com.tr, Palestina hanya tinggal memiliki 63 ventilator dan 78 tempat tidur ICU, dimana jumlah itu disebut Kudra sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan pasien per hari. Untuk itu, dia pun memohon pasokan 100 ventilator dan 140 tempat tidur ICU.
Otoritas Palestina mengkonfirmasi ada 134 kasus virus corona di negara itu. Dari jumlah tersebut, 12 kasus ada di Jalur Gaza dan 122 di Tepi Barat.
Setelah muncul pertama kali di Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019, virus corona sekarang sudah menyebar di setidaknya 180 negara di dunia dan teritorial. Data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat menyebut total kematian akibat virus corona sudah mendekati 46.300 kasus.
Virus corona menyerang saluran pernafasan dengan dampak lebih lanjut bisa menimbulkan pneumonia dan menyebabkan kematian. Kelompok lansia dan mereka yang sudah punya riwayat penyakit kritis adalah kelompok paling rentan oleh serangan virus corona.