TEMPO.CO, Jakarta - Sundee Rutter, 42 tahun, menghembuskan nafas terakhirnya dengan disaksikan 6 anaknya dari balik jendal ruang perawatan pasien infeksi virus Corona di Everett, Washington, Amerika Serikat.
Satu-satunya alat yang mendekatkan ibu dan anak-anaknya sesaat sebelum ajal menjemput adalah walkie-talkie yang disediakan staf rumah sakit. Alat ini menghubungkan anak-anak Rutter mengucapkan kata perpisahan.
Walkie-talkie ditaruh di atas bantal di sisi kanan Rutter yang terbaring lemah. Pihak rumah sakit melarang pertemuan terakhir ibu dan anak ini untuk menghindari penularan virus mematikan itu.
"Kami mau mengatakan kalimat terakhir kami dan selamat tinggal untuk ibu kami,"kata Elijah Ross-Rutter, 20 tahun, anak laki-laki sulung Rutter kepada CC, Rabu, 1 April 2020 mengenang saat kematian ibunya 16 Maret lalu.
"Saya sanggup mengatakan kepadanya saya mencintai dia. Ini sangat berat. Ini moment, anda pasti tidak tahu apa yang akan anda katakan, anda mengerti?"
"Segalanya akan baik-abik saja dengan anak-anak," ujarnya kepada sang ibu.
Kini keenam kakak beradik itu yatim piatu. Ayah mereka meninggal delapan tahun lalu. Kini ibu mereka yang beberapa pekan lalu bertarung melawan kanker darah, namun hidupnya berakhir justru karena terjangkit virus Corona.
Rutter merasakan awal gejala Corona pada 2 Maret lalu. Badannya lemah, kesulitan bernafas dan menderita migren. Keeoskan harinya anaknya membawa Rutter ke rumah sakit.
Untuk pertama kali Rutter berada di rumah sakit hingga 4-5 jam, namun kembali dengan kondisi semakin buruk.
"Dia bertarung dengan berani hingga dia menyerah," ujar anaknya.
Pandemi virus Corona di AS tercatat lebih dari 211.700 kasus dan sedikitnya 4.762 orang tewas. Kemarin, dalam sehari 917 orang tewas akibat virus Corona.