TEMPO.CO, Jakarta - Jepang berencana tetap memberlakukan status darurat nasional menyusul kasus-kasus baru virus corona yang masih bermunculan di penjuru Jepang. Dengan rencana ini maka sekolah-sekolah di Ibu Kota Tokyo bakal tetap diliburkan sebulan lagi.
Kepala Sekertaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, pada Rabu, 1 April 2020 mengatakan mengendalikan virus corona atau COVID-19 adalah sebuah prioritas. Di Jepang, ada sekitar 2.200 kasus virus corona. Dari jumlah itu, 66 kasus berakhir dengan kematian. Jumlah kasus baru masih bertambah hampir setiap hari.
Siswa sedang belajar pada hari Selasa, 3 Maret 2020, di sebuah sekolah dasar di Nagoya, Jepang, yang dibuka untuk anak-anak yang orang tuanya tidak dapat tinggal di rumah bersama mereka. [Kyodo, via Reuters]
Dikutip dari Reuters, Suga mengatakan Pemerintah Jepang akan melakukan apapun yang diperlukan untuk meminimalkan dampak virus corona, termasuk jika Jepang harus berada di jurang resesi setelah jajak pendapat Bank Sentral Jepang memperlihatkan geliat industri manufaktur berada dalam posisi paling pesimis dalam tujuh tahun terakhir.
Sampai Selasa, 31 Maret 2020, kasus baru virus corona di Ibu Kota Tokyo naik 78 kasus baru. Dengan begitu, total ada lebih dari 500 kasus virus corona di penjuru Jepang.
Kondisi ini mendorong Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendeklarasikan status darurat sehingga memungkinkan otoritas meminta kepada Pemerintah Jepang memberlakukan lockdown. Status lockdown akan membatasi pergerakan masyarakat secara sukarela.
Jepang pertama kali meliburkan sekolah atas permintaan Perdana Menteri Abe pada 2 Maret 2020. Namun Pemerintah Daerah Tokyo berencana membuka kembali sejumlah sekolah ketika tahun akademik dimulai pada April 2020. Stasiun televisi NHK dan beberapa media lain menyebut penutupan sekolah kemungkinan diperpanjang sampai Mei 2020.