Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rohingya di India Dibiarkan Terpapar Virus Corona

image-gnews
Orang-orang dari daerah Nizamuddin dibawa ke rumah sakit di Delhi.[PTI/India Today]
Orang-orang dari daerah Nizamuddin dibawa ke rumah sakit di Delhi.[PTI/India Today]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lockdown tiga pekan akibat virus Corona di India mengancam hidup para penyintas Rohingya. Di rumah pengungsian, yang terbuat dari kayu dan lembaran plastik, mereka bertahan dari rasa lapar karena tidak mampu bekerja ataupun membeli makanan.

Ancaman tidak datang dari situ saja. Di rumah pengungsian, mereka tinggal berdesak-desakan, dengan akses air bersih yang seadanya. Dengan situasi seperti itu, ancaman mati karena kelaparan dan virus Corona (COVID-19) sudah seperti bom waktu.

"Kami ibaratnya sedang duduk di atas bubuk mesiu," ujar salah seorang penyintas Rohingya di kamp Madanpur Khadar, New Delhi, Din Mohammad, sebagaimana dikutip dari kantor berita Al-Jazeera, Rabu, 1 April 2020.

Di India, kurang lebih ada 40 ribu penyintas Rohingya yang berjuang melawan ancaman pandemi virus Corona. Mereka tinggal di berbagai kamp yang tersebar di penjuru negeri Bollywood itu. Namun, mengutip Al-Jazeera, tidak banyak bantuan disiapkan untuk mereka.

Sebagai contoh, di kamp pengungsian Haryana, distrik Nuh, tidak ada satupun sabun, masker, ataupun hand sanitizer untuk penyintas. Selain itu, kamar mandi kotor dan minim persedian obat-obatan.

Untuk menekan kemungkinan tertular virus, mereka hanya bisa melakukan social distancing. Namun, dengan posisi gubuk atau tempat tinggal yang berdekatan satu sama lain, upaya yang dilakukan pun diyakini tak akan efektif.

"Terakhir kali saya mempunyai sabun, itu pekan lalu. Sekarang, hanya beberapa keluarga saja yang memiliki sabun di sini. Sisanya, tidak memiliki cukup uang untuk membelinya," ujar Jaffar Ullah, salah satu guru yang tinggal di kamp pengungsian Rohingya.

Pemerintah setempat sempat melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi tinggal para penyintas. Namun, hal itu hanya dilakukan di sekelilingnya, tidak dalam hunian mereka. Padahal, kata Ullah, beberapa pekan terakhir, kasus penyintas Rohingya mengalami demam mulai banyak. Demam adalah salah satu gejala virus Corona. 

"Saya tidak tahu apakah itu berkaitan dengan virus Corona atau tidak. Tetapi, penduduk di sini ketakutan. Dari pemerintah tidak ada yang mengecek kami sementara rumah sakit tidak melayani rawat jalan saat ini," ujar Ullah. Sebagai catatan, kebanyakan layanan rawat jalan sudah ditutup sejak tanggal 24 Maret lalu.

Ketakutan Ullah dibenarkan oleh juru bicara NGO Rohingya Human Rights Initiative, Sabber Kyaw Min, yang berbasis di New Delhi. Berdasarkan data survei organisasinya, 37 rohingiya teridentifikasi menderita demam dan gejala lainnya yang menyerupai gejala virus Corona.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, ujar Min, tidak ada satupun langkah dari pemerintah untuk menolong para penyintas tersebut. Mereka dibiarkan. Min pun mengklaim UNHCR, organisasi PBB yang menangani pengungsi dan penyintas, juga tidak memperhatikan nasib Rohingya. UNHCR membantah pernyataan Min.

"Tidak benar kami tidak tahu. Kami beberapa pekan lalu sudah menggelar program kesadaran atas ancaman COVID-19 di berbagai pemukiman kumuh. Dalam waktu dekat, kami akan mendistribusikan sabun sementara masker akan dibagikan per kasus," ujar asisten bagian hubungan eksternal UNHCR, Kiri Atri.

Kelaparan, sebagaiaman telah disampikan, juga mengancam para penyintas Rohingya. Lockdown akibat virus Corona otomatis menghalangi mereka mendapat uang untuk membeli makanan. Di sisi lain, bantuan dari pemerintah tidak ada. Beberapa penyintas merasa mereka akan bertahan dengan perut kosong sebentar lagi. 

"Lockdown yang terjadi telah mempengaruhi ketersediaan makanan kami. Beberapa dari kami sudah kelaparan. Mereka yang masih memiliki stok bahan makanan bertahan dengan makan sekali sehari atau mengurangi jumlah asupan," ujar Mubashar, satu dari 1200 penyintas Rohingya di kota Jammu.

"Saya rasa, virus akan membunuh kami lebih dulu sebelum virus Corona," ujarnya mengakhiri.

Presiden India, Narendra Modi, meminta maaf telah menerapkan lockdown untuk 3 pekan. Ia berkata, menerapkan lockdown adalah keputusan yang sulit, namun diperlukan untuk menekan penyebaran virus Corona. Hingga berita ini ditulis, total sudah ada 1.251 kasus dan 32 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19) di India. 

Catatan redaksi: Perbaikan ejaan Rohingya dilakukan di berita ini. Mohon maaf atas kesalahannya. 

ISTMAN MP | AL JAZEERA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemilu India Dimulai, Narendra Modi Incar Masa Jabatan Ketiga yang Bersejarah

1 hari lalu

Seorang pria memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di desa Nongriat, selama tahap pertama pemilu, di Shillong di negara bagian Meghalaya, India, 19 April 2024. REUTERS/Adnan Abidi
Pemilu India Dimulai, Narendra Modi Incar Masa Jabatan Ketiga yang Bersejarah

Jika menang, Narendra Modi akan menjadi perdana menteri kedua yang terpilih tiga kali berturut-turut, setelah Jawaharlal Nehru.


Rumah Aktor Bollywood Salman Khan Diberondong Peluru Gangster, Sebelumnya Terima Ancaman Pembunuhan

1 hari lalu

Salman Khan. AP
Rumah Aktor Bollywood Salman Khan Diberondong Peluru Gangster, Sebelumnya Terima Ancaman Pembunuhan

Dua lelaki memberondong rumah aktor India Salman Khan di daerah Mumbai Bandra, belum lama ini. Bintang Bollywood ini pernah dapat ancaman pembunuhan.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

1 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

2 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

2 hari lalu

vivo ekspansi bisnis ke 6 negara Eropa.
Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

Vivo T3x 5G ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 6 Gen 1.


Respons Joe Biden, Rusia, dan Cina Pasca Serangan Iran ke Israel

4 hari lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Respons Joe Biden, Rusia, dan Cina Pasca Serangan Iran ke Israel

Serangan Iran yang diluncurkan ke Israel menuai respons dari berbagai pihak termasuk Presiden AS Joe Biden, Rusia, dan Cina.


Film Jallianwala Bagh tentang Pembantaian Amritsar 105 Tahun Lalu, Ini Sinopsis dan Pemerannya

6 hari lalu

Sejumlah burung dara berterbangan di dekat patung Mahatma Gandhi saat perayaan ulang tahunnya ke-144 di Amritsar, India (2/10). AP/Sanjeev Syal
Film Jallianwala Bagh tentang Pembantaian Amritsar 105 Tahun Lalu, Ini Sinopsis dan Pemerannya

Hari ini 13 April 1919 terjadi pembantaian di Amritsar, India. Peristiwa tersebut diabadikan dalam film Jallianwala Bagh, Berikut sinopsis dan pemerannya.


Mengingat Pembantaian Amritsar di India pada 1919, Tewaskan Ratusan Orang dan Ribuan Lainnya Terluka

6 hari lalu

Kelompok Sikh mengangkat pedang sambil memprotes saat bentrokan di kuil Sikh, Kuil Emas, di Amritsar, India (6/6). REUTERS/Munish Sharma
Mengingat Pembantaian Amritsar di India pada 1919, Tewaskan Ratusan Orang dan Ribuan Lainnya Terluka

Pada 13 April 1919 terjadi pembantaian di Amritsar di Punjab, India. Berikut kilas balik peristiwa berdarah itu.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

8 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

9 hari lalu

Biryani, Hyderabad. Unsplash.com/Shreyak Singh
5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri