TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump mengalah terhadap virus Corona (COVID-19). Ia memutuskan untuk melupakan niatannya mengangkat pembatasan sosial di Amerika pada bulan April nanti. Hal tersebut menyusul jumlah kasus virus Corona di Amerika yang terus merangkak naik hingga lebih dari 100 ribu kasus.
"Puncak dari pandemi virus Corona kemungkinan akan terjadi dalam dua pekan. Hal yang terburuk adalah menyatakan kemenangan sebelum kemenangan itu benar-benar kita raih," ujar Trump sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 30 Maret 2020.
Sebelumnya, Trump menginginkan berbagai pembatasan sosial terhadap virus Corona, tak terkecuali lockdown, selesai pada bulan April nanti. Sebab, Trump khawatir pembatasan yang berkepanjangan malah akan memukul perekonomian Amerika. Ia juga mengatakan bahwa negara Amerika "dibangun bukan untuk ditutup".
Namun, seiring berjalannya waktu, pandemi virus Corona di Amerika semakin ganas. Jumlah kasus dan korban terus naik. Per Senin ini, sudah ada 142.106 kasus dan 2.479 korban meninggal akibat virus dengan nama resmi COVID-19 tersebut. Amerika bahkan menjadi episentrum virus Corona yang baru, menggantikan Cina.
Berbagai langkah dilakukan Amerika untuk melawan dampak pandemi yang terjadi. Beberapa negara bagian melakukan berbagai jenis pembatasan sosial, melarang warga berkeliaran dan bisnis non-esensial buka. Selain itu, Jumat kemarin, pemerintah federal juga menganggarkan dana US$ 2 triliun untuk melawan dampak virus Corona. Trump bahkan sempat hendak mengisolir beberapa negara bagian dari akses luar pada akhir pekan lalu namun ditentang.
Baca Juga:
Ujungnya, Trump mengakui bahwa pengangkatan pembatasan sosial di bulan April tak memungkinkan. Usai rapat dengan jajarannya, Ia meminta warga untuk mematuhi segala pembatasan sosial yang ada atau akan ada. "Semakin anda patuh, semakin cepat mimpi buruk ini berlalu," ujarnya.
Kepala Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, Dr. Anthony Fauci, sepakat dengan Trump. Menurut ia, memperpanjang pembatasan sosial adalah langkah mitigasi yang sudah tepat. Walau begitu, ia menentang lockdown yang terlalu berlebihan seperti benar-benar mengisolir negara bagian dari akses luar.
"Kami merasa mitigasi yang kami lakukan sudah memberikan dampak. Memperpanjang mitigasi hingga April adalah langkah yang bijak dan prudent, " ujar Fauci. Fauci sendiri memasang estmisasi virus Corona bisa memakan korban hingga 200 ribu jiwa jika tak ditangani dengan baik.
Sebagai perbandingan, di Inggris, pemerintah setempat mengatakan bahwa sulit mengakhiri pembatasan sosial, tak terkecuali lockdown, dalam waktu singkat. Terlalu banyak hal akan berubah setelah lockdown dan, di satu sisi, pemerintah setempat harus menimbang kemungkinan gelombang pandemi virus Corona (COVID-19) kedua.
"Terlalu bahaya langsung memulai semuanya kembali sekaligus. Itu akan membuat pembatasan yang dilakukan selama ini sia-sia. Jadi, secara bertahap, mungkin dalam waktu enam bulan, kita akan evaluasi situasi dan kondisi untuk melihat apa yang bisa kita lakukan," ujar Deputi Kepala Tenaga Medis Inggris, Dr. Jenny Harries.
ISTMAN MP | REUTERS