TEMPO.CO, Brooklyn – Petugas medis di rumah sakit Amerika Serikat mengaku merasa kewalahan menghadapi jumlah pasien terinfeksi virus Corona yang terus bertambah.
Dr. Arabia Mollette, yang bekerja sebagai dokter unit gawat darurat di rumah sakit, mengatakan dia dan rekan-rekannya saat ini seperti bekerja di zona perang.
“Kami mencoba menjaga kepala kami di atas permukaan air agar tidak tenggelam,” kata Molette, yang bekerja di Brookdale University Hospital Medical Center di Brooklyn dan St. Barnabas Hospital di Bronx seperti dilansir Reuters pada Ahad, 29 Maret 2020.
Mollette melanjutkan,”Kami merasa takut. Kami mencoba berjuang untuk keselamatan semua orang. Tapi kami juga berjuang agar diri kami selamat.”
Secara terpisah, negara bagian New York melaporkan ada sekitar 60 ribu kasus infeksi virus Corona hingga Ahad kemarin. 965 orang meninggal atau bertambah 237 orang dalam waktu 24 jam.
Baca Juga:
Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan jumlah pasien baru yang menjalani perawatan di rumah sakit berkurang. Cuomo merupakan pengritik vokal Presiden Donald Trump.
Saat ini, Wali Kota New York City, Bill de Blasio, masih membutuhkan tambahan ratusan alat bantu pernapasan atau ventilator, masker wajah, gaun medis, dan sejumlah kebutuhan medis lainnya hingga 5 April 2020.
Soal ini, negara bagian New Orleans juga mengalami kekurangan ventilator pada Sabtu seperti dijelaskan Gubernur John Bel Edwards kepada CBS.
Ventilator merupakan alat bantu pernapasan untuk membantu pasien yang mengalami gejala sakit pneumonia. Sejumlah pengelola rumah sakit mengaku kekurangan alat ini.
Secara terpisah, Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, mengatakan virus Corona menyebar dengan cepat di sejumlah wilayah seperti Detroit.
“Ada perawat kami yang mengenakan masker yang sama dari awal kerja hingga akhir. Padahal, masker itu hanya untuk penanganan satu pasien. Kami butuh bantuan dan kami butuh ribuan ventilator,” kata Whitmer kepada CNN soal penanganan virus Corona.