TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, pada Jumat, 27 Maret 2020, mengumumkan negaranya memberlakukan lockdown selama dua pekan untuk memperlambat penyebaran virus corona atau COVID-19, yang diperkirakan puncaknya akan dialami negara itu pada Juni atau Juli 2020.
Lewat pemberlakuan lockdown ini, warga Hungaria hanya boleh ke luar rumah untuk bekerja, ke toko, menjaga jarak dan pergerakan mereka beraktivitas di luar rumah dibatasi selama lockdown ini. Lockdown berlaku per Sabtu, 28 Maret 2020 dan akan mengerahkan aparat kepolisian untuk menegakkan aturan lockdown.
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Di Hungaria, tercatat ada sekitar 300 kasus virus corona. Sebanyak 10 pasien virus corona berakhir dengan kematian. Orban mengakui jumlah yang sesungguhnya kasus virus corona kemungkinan lebih besar dari jumlah yang tercatat.
“Larangan yang sudah diberlakukan selama ini sejauh ini berjalan efisien,” kata Orban, seperti dikutip dari reuters.com.
Dengan diterapkannya lockdown, masyarakat Hungaria juga dilarang melakukan upacara pemakaman, mereka yang sudah berusia 65 tahun hanya boleh berbelanja pukul 9 pagi sampai siang. Restoran hanya boleh buka untuk melayani pembelian yang dibungkus, bukan makan di tempat.
Pemerintah Hungaria telah menyorongkan permohonan perpanjangan status darurat negara. Namun permohonan ini harus disahkan oleh legislatur pada pekan depan melalui pemungutan suara.