TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota New York Bill de Blasio menyebut paket bantuan virus Corona US$ 2 triliun atau sekitar Rp 32 ribu triliun tidak bermoral.
Pada konferensi pers Rabu, De Blasio mengatakan New York City hanya akan mendapatkan US$ 1 miliar atau Rp 16,3 triliun, meskipun memiliki sepertiga dari kasus virus di Amerika Serikat, dikutip dari New York Times, 26 Maret 2020. Dia mengatakan berencana untuk mengajukan banding langsung ke Presiden Trump, penduduk asli New York, untuk memperbaiki situasi ini.
"Seharusnya itu menjadi salah satu yang paling mudah dipikirkan di dunia bagi Senat AS untuk memasukkan uang sungguhan bagi Kota New York dan Negara Bagian New York dalam RUU stimulus ini, namun itu tidak terjadi," kata de Blasio, seorang Demokrat, menyalahkan Senator Mitch McConnell, pemimpin mayoritas Senat Partai Republik.
Sebelumnya, pejabat negara bagian dan kota di New York berharap bahwa Kongres akan melunakkan pukulan pandemi pada anggaran rumah tangga dan pundi-pundi pemerintah dengan paket stimulus US$ 2 triliun yang diharapkan akan disetujui minggu ini.
Orang-orang berjalan melalui Times Square yang hampir kosong, selama wabah penyakit virus Corona (COVID-19) di New York City, AS, 19 Maret 2020. [REUTERS / Lucas Jackson]
Senator Chuck Schumer dari New York, pemimpin minoritas Demokrat, mengatakan manfaat kesepakatan untuk New York termasuk lebih dari US$ 40 miliar (Rp 652 triliun) dalam asuransi pengangguran, hibah untuk rumah sakit, dan dana yang sangat dibutuhkan untuk Otoritas Transportasi Metropolitan, yang penumpangnya telah anjlok.
Tapi Gubernur New York Andrew M. Cuomo mengeluh pada hari Rabu bahwa paket itu "mengerikan" untuk New York. Dia mengatakan bahwa hanya US$ 3,1 miliar (Rp 50,5 triliun) yang diperuntukkan untuk membantu negara dengan kesenjangan anggarannya, jumlah yang dikatakan kantornya sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara bagian AS lain dengan kasus yang dikonfirmasi lebih sedikit dan dengan anggaran yang lebih kecil sesuai untuk mendapatkan.
Fox 5 New York melaporkan kasus di negara bagian New York menembus angka 30.811 ribu pada Rabu pagi. 17.856 kasus tercatat ada di New York City.
Kabar baiknya, Cuomo mengatakan rencana pengurangan kepadatan tampaknya berhasil sesuai dengan proyeksi. Jumlah rawat inap meningkat dua kali lipat setiap 3,4 hari pada hari Senin, tetapi angka tersebut turun menjadi dua kali lipat setiap 4,7 hari berdasarkan proyeksi hari Selasa.
Gubernur Cuomo mengulangi peringatannya bahwa negara bagiannya hanya memiliki 53.000 tempat tidur yang tersedia dan akan membutuhkan sebanyak 140.000 tempat tidur. Sekitar 15 persen orang yang dites positif virus Corona memerlukan rawat inap.