TEMPO.CO, Jakarta - Warga Israel yang ingin berjalan-jalan atau berlari diperintahkan untuk tinggal dalam radius 100 meter dari rumah mereka selama seminggu di bawah pembatasan ketat melawan penyebaran virus Corona.
Pembatasan baru yang diumumkan pada Rabu semakin mengurangi transportasi umum, mengharuskan pengusaha memeriksa demam pekerja, dan menetapkan sanksi bagi orang yang menentang aturan.
Menurut laporan Reuters, 25 Februari 2020, warga Israel telah diperintahkan untuk tinggal di rumah jika memungkinkan, sekolah-sekolah telah tutup dan banyak bisnis juga telah tutup, sehingga menyebabkan 500.000 lebih PHK sejauh ini.
Orang-orang yang mau keluar untuk mencari udara segar, jogging, dan berkumpul di jalan-jalan kota telah mengkhawatirkan otoritas kesehatan. Sehingga batas 100 meter baru dimaksudkan untuk menghentikan aktivitas semacam itu.
Sektor swasta harus membatasi karyawan di tempat kerja menjadi 10 orang atau 30% dari tenaga kerja perusahaan, dan sebagian besar sektor publik diberhentikan.
Transportasi umum, yang sudah beroperasi dengan jadwal yang dikurangi, dibatasi lebih jauh untuk perjalanan menuju dan dari pusat bisnis "esensial" dan taksi dibatasi untuk satu penumpang.
Warga, bagaimanapun, masih bisa pergi untuk bekerja atau ke toko-toko untuk hal-hal penting, dan layanan pengiriman makanan beroperasi.
Pemandangan jalan yang biasanya sibuk terlihat sepi ketika Israel memperketat kebijakan nasional tinggal di rumah setelah penyebaran penyakit virus Corona (COVID-19) di Yerusalem 22 Maret 2020. [REUTERS / Ronen Zvulun]
Kebijakan baru mulai dimulai pada hari Rabu pukul 5 sore dan hukuman akan mulai diberlakukan pada pukul 8 malam. Ynet melaporkan mereka yang melanggar akan menghadapi denda 500 shekel (Rp 2,25 juta) atau hukuman percobaan.
Pengusaha diperintahkan untuk mencegah siapa pun dengan demam 38 Celcius memasuki tempat kerja.
Bank sentral Israel pada hari Selasa memproyeksikan kontraksi ekonomi 2,5% pada tahun 2020 selama lockdown sebagian berkurang pada akhir April.
Krisis virus Corona datang ketika Israel bergulat dengan kebuntuan politik setelah tiga pemilihan yang tidak meyakinkan dalam waktu kurang dari setahun. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin pemerintahan sementara dan lawan politiknya yang berhaluan tengah, mantan kepala militer Benny Gantz, telah ditugaskan untuk membentuk pemerintah koalisi baru.
Tetapi Gantz maupun Netanyahu tidak mendapat dukungan mayoritas parlemen yang jelas dan stabil dalam pemilihan 2 Maret.
Hingga Rabu, The Jerusalem Post melaporkan total 2.170 warga Israel yang terinfeksi virus Corona, menurut angka Kementerian Kesehatan Israel.
Pasien Israel ketiga yang meninggal adalah pria berusia 87 tahun. Dia dirawat di rumah sakit di Pusat Medis Universitas Hadassah, di Ein Kerem, Yerusalem.
Kematian terbaru virus Corona di Israel terjadi hanya beberapa jam setelah pemerintah mengumumkan pembatasan baru terhadap warga Israel.