TEMPO.CO, Jakarta - Kepanikan terjadi di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh setelah Save the Children melaporkan tentang lemahnya sistem untuk memeriksa situasi virus Corona bagi hampir satu juta pengungsi di kamp Cox'd Bazar.
"Panik mengenai wabah virus Corona telah menyebar di kamp-kamp karena banyak warga Rohingnya kembali dari negara-negara di luar negeri tidak menjadi sasaran pengawasan," kata Syed Ullah, pemimpin Rohingya di kamp Cox Bazar kepada BenarNews yang dikutip Radio Free Asia pada 20 Maret 2020.
"Sebagian besar dari kami tidak mengetahui bagaimana tetap aman dari Covid-19," ujarnya.
Ketua Nhila Union di Teknaf, Rashed Mohammad Ali sependapat dengan pernyataan Syed mengingat Cina sebagai sumber lahirnya virus Corona berbatasan dengan Myanmar dan tempat tinggal pengungsi Rohingnya. Perbatasan ini dulunya menjadi jalan rahasia untuk keluar masuk Myanmar.
"Itulah mengapa resiko kami sangat tinggi," kata Rashed.
Mahbubur Rahman sebagai dokter di kantor Bedah Warga Sipil di Box's Bazar mengatakan, sehubungan populasi yang padat di kamp Rohingya sehingga tidak layak untuk dijadikan karantina rumah. Dan setengah dari total jumlah pengungsi Rohingya merupakan anak-anak.
"Tidak ada jalan kecuali menghentikan setiap orang masuk kamp," kata Rahman.
Selain itu, otoritas kesehatan akan mengambil sampel darah untuk diperiksa di Institut Epidemiologi, Pengawasan Penyakit dan Penelitian.
Sebanyak 47 tempat tidur juga telah disediakan di pusat-pusat kesehatan di kamp pengungsi Rohingya dan 100 krusi di pusat kesehatan di distrik Ramu dan Chakaria Upazila.
Komisioner Repatriasi dan Pemulihan Pengungsi, Mahbub Alam Talukder mengatakan pemerintah telah meyediakan 150 kursi di unit isolasi untuk kamp-kamp pengungsi.
"Sebagai tambahan, 280 dokter, perawat, dan relawan dari berbagai organisasi telah dilatih untuk memerangi infeksi ini," kata Talukder.
Juru bicara Grup Koordinasi Antar Sektor, Saika Biswas mengatakan sebagian besar orang asing dilarang masuk ke dalam kamp-kamp pengungsi Rohingya yang setengah dari total jumlah pengungsi merupakan anak-anak.
"Hanya orang asing yang bekerja untuk masalah kemanusiaan yang penting seperti memasok obat atau makanan dan air ke kamp-kamp," kata Biswas.
Para nelayan yang membawa hewan ternak ke pelabuhan Teknaf juga menjalani pemeriksaan.
"Kamilah yang saat ini berisiko karena tidak terlindungi saat memeriksa mereka virus Corona," kata dokter Surva Deb.
Bangladesh telah melaporkan 17 kasus virus Corona. Satu orang dinyatakan tewas. Sejauh ini belum ada pengungsi Rohingya yang positif terinfeksi virus Corona.