TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kota kecil di Italia utara dilaporkan berhasil menghentikan semua infeksi virus Corona sebagai bagian dari percobaan karantina ketat dan pengujian massal berulang kali.
Kota Vo, dekat Venesia, adalah salah satu dari 11 kota dan desa di pusat wabah COVID-19 dan memulai eksperimennya pada awal pandemi di Eropa.
Percobaan ini melibatkan pengujian menyeluruh terhadap seluruh populasi kota dengan 3.300 orang dan pemberlakuan karantina yang sangat ketat pada mereka yang terinfeksi dan kontak mereka, menurut laporan Sky News, 19 Maret 2020.
Media Italia menyebutkan kota itu belum mendaftarkan kasus baru sejak Jumat.
"Pengujian sangat penting, itu telah menyelamatkan banyak nyawa," kata Wali Kota Giuliano Martini.
Andrea Crisanti, seorang ahli infeksi di Imperial College London, yang telah terlibat dalam upaya desa untuk melawan virus itu mengatakan bahwa pengujian terus menerus dan pengujian ulang seluruh populasi bisa membuat perbedaan.
"Dalam Vo Euganeo kami menguji semua penduduk, bahkan mereka yang tidak menunjukkan gejala. Semua warga diisolasi, sehingga mereka tidak bisa menularkan penyakit," kata Profesor Crisanti.
"Pada pengujian kedua yang dilakukan, kami mencatat penurunan 90% dalam tingkat kasus positif. Dan dari semua yang positif dalam pengujian kedua, delapan orang tidak menunjukkan gejala," katanya.
Sepasang kekasih berada di jembatan Rialto, Venesia yang sepi, usai pemerintah Italia melakukan penutupan wilayah utara negara tersebut akibat mewabahnya COVID-19, Senin, 9 Maret 2020. Sejauh ini, 5.883 pasien terserang COVID-19 di Italia, tetapi 589 di antaranya telah dinyatakan sembuh. REUTERS/Manuel Silvestri
Profesor Crisanti memperingatkan bahwa untuk setiap pasien yang menunjukkan gejala COVID-19, ada sekitar 10 yang tidak menunjukkan gejala.
"Jelas bahwa Anda tidak dapat menguji semua orang Italia, tetapi Anda dapat menguji orang-orang yang dekat dengan mereka yang tidak menunjukkan gejala. Kita harus menggunakan kasus tanpa gejala sebagai bel alarm untuk memperluas tindakan kami," katanya.
"Di Inggris, ada banyak sekali infeksi yang benar-benar diabaikan. Kami dapat menahan wabah di sini karena kami mengidentifikasi dan menghilangkan infeksi 'terselubung' dan mengisolasi mereka. Itulah yang membuat perbedaan," kata Profesor Crisanti kepada Financial Times.
Pengujian massal ini mengungkapkan bahwa sekitar 3% penduduk terinfeksi virus, dan dari jumlah ini, sekitar setengahnya tidak menunjukkan gejala, menurut ProMarket, blog Stigler Center di School of Business Booth University of Chicago, dikutip dari Live Science. Setelah dua minggu dikurung dan dikarantina, hanya 0,25% penduduk yang terinfeksi. Kota ini mengisolasi beberapa kasus terakhir ini dan sejak itu dibuka kembali.
Hingga Rabu Italia melaporkan lebih dari 2.500 kematian dan hampir 28.000 kasus dikonfirmasi, jumlah yang lebih tinggi daripada yang dilaporkan Cina pada puncak wabah.
WHO minggu ini meminta semua negara untuk meningkatkan program pengujian sebagai cara terbaik untuk memperlambat kemajuan pandemi virus Corona.