![Berbeda dengan panic buying bulan lalu, belanja panik warga Singapura setelah lockdown Malaysia relatif lebih kecil.[TODAY/Malaymail]](https://statik.tempo.co/data/2020/03/17/id_923798/923798_720.jpg)
TEMPO.CO, Singapura – Perekonomian Singapura bergerak mendekati resesi pada 2020 ini, yang bisa merupakan resesi pertama dalam dua puluh tahun terakhir negara itu, di tengah merebaknya wabah virus Corona.
Ini terjadi setelah Malaysia menghentikan pasokan tenaga buruh di tengah merebaknya wabah virus Corona di negara kota ini.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini mendorong bank sentral untuk mengeluarkan kebijakan pelonggaran peredaran uang atau likuiditas.
“Kondisi keuangan semakin mengetat beberapa pekan terakhir, dan isolasi yang dilakukan sejumlah negara untuk mencegah penyebaran virus Corona membuat resesi tidak terhindarkan di Singapura,” kata Khoon Goh, ekonom dari ANZ seperti dilansir Reuters, Rabu, 11 Maret 2020.
Sebagian ekonom berharap Otoritas Moneter Singapura atau MAS akan melonggarkan kebijakan peredaran uang pada April atau lebih cepat lagi.
MAS mengelola kebijakan lewat pengaturan tingkat kurs mata uang dari pada mengatur tingkat suku bunga. Ini membuat mata uang dolar Singapura menguat atau melemah terhadap mata uang negara mitra dagang utama.
Secara terpisah, pemerintah Malaysia akan melarang warganya berpergian ke luar negeri mulai 18 – 31 Maret 2020. Ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran wabah virus Corona.
Kebijakan ini berdampak pada kegiatan bisnis di Singapura, yang mempekerjakan sekitar 300 ribu warga Malaysia, yang pulang pergi lewat Selat Johor.
“Ini berdampak cukup besar bagi sektor layanan dan bisnis kecil menengah yang mengandalkan tenaga kerja dari seberang,” kata Prakash Sakpal, seorang ekonom dari ING.
Singapura melaporkan ada 23 kasus infeksi baru virus Corona, yang merupakan lonjakan harian terbesar. Ini membuat total infeksi menjadi 266 kasus. Penyebaran virus Corona di negara kota ini relatif ringan dibandingkan sejumlah negara lainnya.
