TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Israel Benny Gantz akan diminta untuk membentuk pemerintah baru. Hal ini bisa mendorong peluang Gantz untuk mendongkel Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari kursi orang nomor satu di Negeri Bintang Daud.
Netanyahu, 70 tahun, saat ini telah menjadi perdana menteri terlama yang pernah menjabat di Israel. Pemerintahannya saat ini dihadapkan pada tantangan memerangi penyebaran virus corona, dimana Netanyahu sudah memberlakukan darurat nasional selama enam bulan ke depan agar pihaknya bisa menangani virus corona.
Sebelumnya pada 2019, Netanyahu mencoba membentuk sebuah pemerintahan koalisi, namun belum berhasil. Pada Minggu, 15 Maret 2020, Gantz memenangkan dukungan dari dua partai kunci sehingga membuatnya punya peluang untuk membentuk sebuah pemerintahan setelah pemilu terakhir yang diselenggarakan pada 2 Maret 2020.
“Presiden akan mengeluarkan perintah untuk membentuk pemerintahan dengan kepala Benny Gantz,” kata Kepresidenan Israel, seperti dikutip dari reuters.com.
Baca Juga:
Gantz berasal dari Partai Biru dan Putih. Pengumuman dari Kepresidenan Israel ini diambil pada hari terakhir Presiden Israel Reuven Rivlin menggelar konsultasi dengan seluruh partai yang duduk di 120 kursi parlemen.
“Pada akhir konsultasi, 61 anggota parlemen telah merekomendasikan Benny Gantz, sedangkan 58 anggota parlemen merekomendasikan Ketua Partai Likud saat ini (Netanyahu),” demikian pernyataan Knesset, dimana satu anggota parlemen memilih tidak merekomendasikan siapapun.
Koalisi yang dipimpin oleh Gantz kemungkinan juga harus mendapat dukungan dari dua musuh politik Gantz. Dua musuh politik Gantz itu adalah Joint List, yakni koalisi anggota parlemen dari minoritas Arab di Israel yang memiliki 21 persen suara dan yang kedua adalah Yisrael Beiteinu, yang dipimpin oleh mantan Menteri pertahanan Avigdor Lieberman, yang beraliran kanan.