TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan Malaysia pada Kamis, 12 Maret 2020, menyerukan agar acara-acara pertemuan yang mengundang banyak orang, sementara ditunda. Keputusan ini berkaca pada 12 kasus pasien virus corona atau COVID-19 yang terkait dengan sebuah acara konferensi Islam selama tiga hari di Ibu Kota Kuala Lumpur, Malaysia dan dihadiri oleh hampir 10 ribu orang dari sejumlah negara di dunia.
Dikutip dari straitstimes.com, otoritas berwenang Malaysia saat ini sedang melacak sekitar 5 ribu warga negara yang ikut pertemuan konferensi Islam, yang diselenggarakan pada 28 Februari – 1 Maret 2020. Acara dilakukan di sebuah masjid di Ibu Kota Kuala Lumpur.
“Semua acara pertemuan harus ditunda untuk meminimalkan penyebaran virus COVID-19,”demikian disampaikan Kementerian Kesehatan Malaysia melalui Twitter.
Pasien yang diduga terinfeksi virus Covid-19 menjalani perawatan diruang isolasi RSUP Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Sumatera Selatan, Selasa 18 Februari 2020. Menurut keterangan dari Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging (PIE) RSUP Mohammad Hosein Palembang Dr Zein Ahmad, satu pasien laki-laki berinisial TH (62) yang sempat diduga terinfeksi virus Corona (Covid-19) setelah pulang dari Malaysia, namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tidak memenuhi kriteria terinfeksi virus Covid-19 dan saat ini masih dalam tahap observasi diruang isolasi Rumah Sakit. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebanyak 11 kasus pasien yang terjangkit virus corona di Brunei Darusssalam terkait dengan pertemuan itu dan menjadikannya kasus COVID-19 yang pertama yang terjadi di negara itu. diperkirakan ada 90 warga negara Brunei Darussalam yang menghadiri acara konferensi Islam di Kuala Lumpur tersebut.
Pasien pertama yang terdeteksi terkena virus corona di Brunei Darussalam adalah seorang perempuan, 53 tahun, yang baru pulang dari Kuala Lumpur pada 3 Maret 2020. Dia mulai memperlihatkan gejala terinfeksi virus corona empat hari kemudian.
Sedangkan kasus ke 12 pasien virus corona di Malaysia, diyakinkan terkait pula dengan pertemuan agama itu. Adapun Singapura sedang menginvestigasi dan mengidentifikasi warga negaranya yang mengikuti pertemuan tersebut.