TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah kasus virus Corona terus meningkat di Iran. Mengutip Reuters, tercatat sudah ada 9000 kasus virus dengan nama resmi COVID-19 tersebut. Alhasil, pemerintah Iran mengambil langkah pembatasan ketat untuk memastikan epidemi virus Corona tidak semakin parah.
"Pemerintah Iran meminta warga untuk tidak meninggalkan rumah serta menghindari perjalanan yang dirasa tidak perlu," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 11 Maret 2020.
Berdasarkan data terbaru yang disampaikan juru bicara Kementerian Kesehatan Kianush Jahanpur, kasus virus Corona naik dengan cepat di Iran. Dalam waktu 24 jam, kata ia, pihaknya mencatat ada 958 kasus baru dan 63 korban meninggal. Hal itu menjadikan total jumlah korban meninggal ada 354.
Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani meminta warga agar tidak menyebarkan rumor-rumor tidak benar terkait epidemi virus Corona. Ia tidak ingin rumor-rumor tersebut menimbulkan kepanikan yang tidak perlu. Misalnya, rumor-rumor perihal jumlah kasus dan korban meninggal akibat virus Corona.
Hal senada disampaikan oleh Jaksa Agung Iran, Mohammad Jafar Montazeri. Ia bahkan menambahkan bahwa siapapun yang mencoba menyebarkan rumor tidak benar terkait virus Corona akan dihukum keras.
"Hanya pejabat dari Kementerian Kesehatan yang memiliki wewenang untuk mengumumkan data (korban dan pasien). Mereka yang melanggar akan diperkarakan dengan tuduhan membahayakan keamanan negara," ujar Montazeri.
Di Iran, virus Corona tidak hanya merengut nyawa warga sipil, tetapi juga pejabat negara. Kurang lebih sudah ada tujuh pejabat yang meninggal akibat virus Corona. Salah satunya adalah penasihat Kementerian Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
Pemimpin besar Iran, Ayatollah Ali Khamenei sampai membatalkan pidato tahunannya yang biasa ia lakukan di depan publik. Padahal, pidato tersebut biasa ia gunakan untuk memulai perayaan tahun baru Iran setiap tanggal 20 Maret.
"Dokter dan perawat yang meninggal dalam menangani virus Corona akan diakui sebagai martir," ujarnya dalam menanggapi sulitnya penanganan virus Corona (COVID-19) di Iran.
ISTMAN MP | REUTERS