TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perwakilan diplomatik asing yang berada di Pyongyang, Korea Utara, mulai dievakuasi ke Rusia pada Senin, 9 Maret kemarin terkait penanganan wabah virus Corona.
Para diplomat itu di antaranya adalah perwakilan dari Jerman, Prancis, dan Swiss. Mereka akan diterbangkan ke Vladivostok, sebuah pelabuhan Rusia di Samudra Pasifik.
Korea Utara hingga saat ini belum melaporkan adanya kasus infeksi virus Corona di negaranya meskipun wilayahnya sangat berdekatan dengan Cina. Cina merupakan tempat pertama kali virus Corona terdeteksi sebelum menyebar ke Korea Selatan, yang saat ini sedang berperang melawan wabah ini.
Pemerintah Pyongyang telah memperkuat keamanan dengan memeriksa warga asing yang akan memasuki negaranya dan memberlakukan 30 hari karantina. Korea Utara mulai merasa khawatir akan penyebaran wabah dan mulai mengenakan masker sebagai perlindungan diri.
"Ada kekhawatiran di kota dan seluruh negeri karena orang-orang mulai mengetahui informasi tentang virus Corona. Mereka mengetahuinya dari media setempat. Ini menjadi masalah terbesar yang mereka hadapi saat ini," kata Pit Heltmann, duta besar Jerman, kepada wartawan di Vladivostok seperti dikutip Reuters.
Klaus Stross, Sekretaris Kedutaan Jerman, mengatakan dia belum melihat adanya gangguan terhadap proyek konstruksi di Korea Utara. Dia mengatakan bahwa 103 orang; 63 warga asing dan 40 warga Korea Utara telah berada dalam penerbangan maskapai Koryo Airline.
"Semua pihak berharap aktivitas penerbangan dapat dilanjutkan, perbatasan negara dibuka kembali, tetapi di dalam Pyongyang Anda tidak merasakan batasan apa pun," kata Stross. Menurut dia, sejumlah orang mengenakan masker saat berjalan di ruang publik tapi sebatas itu saja.
Kedutaan Rusia mengatakan kelompok yang dievakuasi ke Rusia termasuk 13 staf dan anggota keluarga dari kedutaan Rusia sendiri, serta diplomatik dari Polandia, Rumania, Mongolia, dan Mesir. Tenaga medis dan sejumlah pengusaha juga ada dalam penerbangan tersebut.
Seperti dilansir Channel News Asia, wabah virus Corona ini mulai terdeteksi sejak Desember 2019 dan merebak ke sekitar seratus negara dalam waktu dua bulan kemudian. Ada sekitar 110 ribu orang yang terdampak virus ini, dan sekita Rp.3.800 orang meninggal dunia akibat infeksi saluran pernapasan.
SAFIRA ANDINI