TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Italia telah menutup sejumlah kota besar di bagian Utara Italia, termasuk Milan, setelah jumlah kematian virus Corona atau COVID-19 naik drastis pada Ahad.
Menurut laporan Reuters, 9 Maret 2020, tercatat hingga Ahad kemarin kasus virus Corona di Italia naik 25 persen dalam waktu 24 jam menjadi 7.375, sementara korban meninggal naik drastis 57 persen pada hari Sabtu, atau dari 233 menjadi 366 kematian dalam 24 jam. Angka tersebut merupakan lonjakan tertinggi yang pernah dialami Italia setelah penyebaran wabah yang melanda negara itu pada 21 Februari lalu.
Perdana Menteri Giuseppe Conte memberlakukan aturan untuk menekan penyebaran wabah, di antaranya membatasi acara publik, dan mengimbau masyarakat untuk tetap di dalam rumah masing-masing hingga 3 April mendatang.
Isolasi pada sejumlah wilayah diberlakukan terutama di Lombardi, kota di Italia yang dinyatakan sebagai kawasan darurat wabah, serta 14 provinsi di empat wilayah lainnya, termasuk kota Venesia, Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, dan Rimini.
Masyarakat dilarang meninggalkan wilayah tersebut kecuali ada urusan pekerjaan mendesak atau mengalami masalah kesehatan. Cuti pun telah dibatalkan bagi para tenaga medis.
"Kami sedang menghadapi keadaan darurat. Dari awal kami sudah bertindak jujur dan transparan. Sekarang kami harus bertindak tegas dengan keteguhan dan tekad untuk melawan wabah, terlebih rumah sakit kami sangat kewalahan menangani pasien," ujar Conte dalam konferensi pers pada Minggu waktu setempat.
Pandangan umum gerbang kota Porta Garibaldi, setelah pemerintah Italia memberlakukan lockdown di utara negara itu, di Milan, Italia, Ahad, 8 Maret 2020. Karantina diberlakukan setelah jumlah kasus virus corona melonjak 25% dalam periode 24 jam menjadi 7.375, sementara kematian naik 57% menjadi 366. REUTERS/Flavio Lo Scalzo
Saat ini Italia masih menjadi negara paling terdampak akibat virus COVID-19 di wilayah Eropa dan kematian tertinggi kedua setelah Cina daratan, terlebih dengan adanya catatan baru mengenai jumlah kasus dan korban meninggal yang dikonfirmasi.
Antonio Pesenti, Kepala Unit Tanggap Darurat di Lombardi mengatakan kepada surat kabar Corriere della Sera, sistem kesehatan di Lombardi nyaris lumpuh karena kurangnya fasilitas perawatan intensif yang memadai untuk menampung pasien baru.
"Kami terpaksa harus membangun ruang perawatan intensif di rumah sakit, ruang operasi, hingga ruang pemulihan dan kami telah mengosongkan seluruh bagian rumah sakit khusus bagi mereka yang mengalami kondisi parah," ungkap Pesenti pada Senin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya sepenuhnya mendukung tindakan yang diambil oleh Italia, yang sejalan dengan pedomannya untuk menekan penyebaran virus.
Sebagai catatan, saat ini jumlah kasus virus Corona atau COVID-19 telah melampaui 106.000 kasus di seluruh dunia. Total 3.600 orang meninggal.
SAFIRA ANDINI | REUTERS | AL JAZEERA