TEMPO.CO, Jakarta - Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan pemerintah bahwa penyebaran global virus Corona atau COVID-19 "bukan latihan" dan akan memerlukan tindakan signifikan jika otoritas kesehatan masyarakat ingin menahan wabah mematikan ini.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Kamis bahwa meskipun otoritas kesehatan masyarakat di seluruh dunia memiliki kemampuan untuk berhasil memerangi penyebaran virus, WHO khawatir bahwa di beberapa negara tingkat komitmen politik tidak sesuai dengan tingkat ancaman.
"Ini bukan latihan. Ini bukan waktu untuk menyerah. Ini bukan waktu untuk alasan. Ini adalah waktu untuk menarik semua pemberhentian. Negara telah merencanakan skenario seperti ini selama beberapa dekade. Sekarang adalah waktunya untuk menindaklanjuti rencana itu, "kata Tedros, dikutip dari CNN, 6 Maret 2020.
"Epidemi ini dapat ditekan kembali, tetapi hanya dengan pendekatan kolektif, terkoordinasi dan komprehensif yang melibatkan seluruh mesin pemerintah," katanya.
Seruan untuk bertindak datang ketika jumlah global orang yang terinfeksi oleh virus mendekati 100.000, sebuah tonggak suram yang sekarang tampaknya tak terhindarkan dengan kluster penyebaran tersendiri yang terus berkembang di Korea Selatan, Jepang, beberapa bagian Eropa, Iran, dan Amerika Serikat.
Petugas menggunakan masker saat membersihkan lantai Masjidil Haram setelah mewabahnya virus corona di Mekah, Arab Saudi, 3 Maret 2020. Kedua tempat suci itu sempat ditutup untuk dilakukan sterilisasi guna mencegah penyebaran virus corona. REUTERS/Ganoo Essa
Virus ini telah menyebar ke lebih dari 80 negara dan wilayah sejak pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan Cina pada Desember tahun lalu. Para ahli kesehatan telah menyarankan bahwa kelompok penyebaran yang baru muncul di Eropa dan Timur Tengah dapat mempercepat penyebaran penyakit global. India sejauh ini telah mengidentifikasi 30 kasus, yang sebagian besar telah dikaitkan dengan pelancong dari Italia, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa negara terpadat kedua di dunia itu akan dihantam wabah dalam beberapa hari mendatang. Kasus-kasus yang terkait dengan Iran juga muncul di tempat lain di dunia.
Komentar Tedros datang di tengah meningkatnya kritik terhadap perbedaan yang nyata dalam pengujian virus dan tanggapan pihak berwenang di seluruh dunia. Di Jepang, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa jumlah kasus virus Corona bisa secara signifikan lebih tinggi dari yang dilaporkan, dengan para ahli mempertanyakan pendekatan negara untuk pengujian karena tingkat infeksi terus meningkat.
Pemerintah Jepang mengatakan memiliki kapasitas untuk melakukan 3.800 tes sehari, namun hanya 8.111 tes telah dilakukan pada 4 Maret, menurut Kementerian Kesehatan Jepang.
Di negara tetangga Korea Selatan, infeksi telah melonjak secara dramatis, dengan lebih dari 6.000 kasus dikonfirmasi setelah pemerintah menguji puluhan ribu orang sebagai bagian dari upaya skrining massal yang bertujuan memetakan dan mengendalikan penyebaran virus dengan lebih baik.
Menurut data real-time Center for Systems Science and Engineering (CSSE) John Hopkins, pada 6 Maret 2020 pukul 2.13 pm tercatat 98.387 kasus infeksi virus Corona di seluruh dunia dengan total kematian 3.383.