TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Palestina mengumumkan status darurat setelah mengumumkan tujuh kasus virus Corona atau COVID-19 di Kota Betlehem, sebelah selatan Tepi Barat. Tujuh kasus virus Corona ini sekaligus kasus pertama COVID-19 di Palestina.
Dikutip dari Arab News, 6 Maret 2020, media lokal Palestina melaporkan bahwa empat orang terinfeksi virus di sebuah hotel di daerah Beit Jala, Betlehem. "Kami mengambil sampel dari orang asing Polandia dan Amerika, dan sampel dari 21 pekerja di sebuah hotel," kata Juru bicara Kementerian Kesehatan Tareef Ashour.
"Sebagian besar tes itu negatif, tetapi ada kasus yang mencurigakan dan kami telah mentransfer beberapa sampel untuk diperiksa ke laboratorium Israel untuk memastikan infeksi," tambahnya.
Menteri Kesehatan Palestina May Kila mengatakan pada konferensi pers di Betlehem pada hari Kamis bahwa hasilnya akan dirilis dalam beberapa jam mendatang, dan bahwa kementerian itu terus berkomunikasi dengan Rumah Sakit Tel HaShomer di Israel.
Setelah pengumuman itu, Kementerian Kesehatan mendeklarasikan serangkaian langkah yang menyerukan penutupan lembaga pendidikan, masjid dan gereja di Betlehem selama dua minggu.
Federasi Sepak Bola Palestina juga mengumumkan penangguhan pertandingan olahraga di sejumlah kota Palestina di Tepi Barat, dalam upaya mencegah pertemuan massa.
Seorang pekerja yang mengenakan pakaian pelindung tiba untuk mendisinfeksi Gereja Kelahiran Yesus sebagai tindakan pencegahan terhadap virus Corona, di Betlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel 5 Maret 2020. [REUTERS / Mussa Qawasma]
Federasi Gereja juga mengumumkan penutupan Gereja Kelahiran (Church of the Nativity) di kota sampai pemberitahuan lebih lanjut atas saran dari Departemen Kesehatan, dan Kementerian Wakaf Palestina mengumumkan pembatalan salat Jumat di 27 masjid Betlehem.
Gereja Kelahiran Yesus, yang dibangun di tempat kelahiran Yesus, ditutup Kamis sore dan merupakan salah satu situs yang diperkirakan ditutup hingga 20 Maret, menurut koresponden AFP.
Di antara langkah-langkah yang diumumkan Rabu oleh Kementerian Kesehatan Palestina adalah peningkatan pemeriksaan di persimpangan antara Tepi Barat dan Yordania, di mana satu kasus telah diumumkan sejauh ini.
Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, telah mengadopsi pendekatan serupa bagi mereka yang menyeberang dari Mesir ke kantong Palestina. Semua yang kembali dari negara berisiko tinggi COVID-19 akan diminta untuk mengisolasi diri selama 14 hari.
Otoritas Palestina juga mengumumkan larangan berkumpul lebih dari 1.000 orang di tempat terbuka, lebih dari 50 orang di satu tempat tertutup dan penundaan konferensi internasional yang dijadwalkan berlangsung di Wilayah Palestina.
Selain itu, kementerian mengatakan para pejabat Palestina akan dilarang terbang ke luar negeri dan semua kegiatan militer di luar negeri ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Kementerian Kesehatan meminta warga Palestina untuk tidak panik, menambahkan langkah-langkah yang diambil mengikuti langkah-langkah internasional untuk mencegah penyebaran virus
Pemilik sebuah hotel di Bethlehem mengatakan kepada Arab News bahwa pemesanan 50 kamar dibatalkan untuk delegasi yang diharapkan tiba di kota itu pada hari Kamis, karena perintah dari Kementerian Pariwisata.
Departemen Wakaf Yerusalem meminta para jemaah yang datang untuk berdoa di Masjid Al Aqsa agar mengikuti prosedur keselamatan dan menjaga kebersihan, namun departemen tidak mengumumkan pembatalan salat Jumat.
Di Israel, Kementerian Kesehatan telah mengumumkan 15 kasus infeksi virus Corona, kebanyakan dari mereka adalah orang Israel yang kembali dari luar negeri, dan telah memberlakukan langkah-langkah tegas untuk mencegah penyebaran virus, termasuk mengkarantina puluhan ribu dan menghentikan penerbangan menuju dan dari 13 negara yang terkena dampak virus Corona.