TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Palestina berunjuk rasa di wilayah Tepi Barat yang diduduki oleh Israel. Aksi protes dilakukan setelah Israel meratakan tanah dan melakukan pembersihan menggunakan bulldozer, yang dinilai masyarakat sebagai upaya untuk menyita wilayah mereka dan dijadikan pemukiman umat Yahudi di kemudian hari.
Situs reuters.com mewartakan para penduduk desa dekat Qusra melawan pasukan militer Israel yang mengawal proses perataan tanah dengan bulldozer ketika mereka melakukan pekerjaan itu di sebuah lapangan dekat pemukiman Migdalim, Tepi Barat, Palestina.
Protes juga terjadi di desa Beita, dimana unjuk rasa disana sudah berlangsung beberapa hari. Masyarakat yang protes menancapkan bendera Palestina dan mendirikan sebuah tenda di pucuk bukit al-Arma sebagai bentuk perlawanan atas pemukiman Itamar, sebuah wilayah dekat Kota Nablus. Beberapa demonstran melempari batu ke pasukan militer Israel.
“Saya datang ke sini karena ini tanah saya. Saya ingin meninggal di tanah air saya namun mereka tidak mengizinkan saya mendekat. Mereka gembira dengan kemenangan Netanyahu. Mereka datang untuk mengendalikan wilayah ini dan kami sungguh tak berdaya,” kata Joudat Odeh, 70 tahun, warga Qusra.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berasal dari Partai Likud, unggul tipis dalam pemilu Senin, 2 Maret 2020. Kendati begitu, suara yang diperolehnya masih kurang untuk memimpin pemerintahan.
Kemenangan Netanyahu dalam pemilu ini bisa menjadi jalan baginya untuk mewujudkan janji mencaplok wilayah Tepi Barat di bawah rencana perdamaian Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Masyarakat Palestina telah menolak proposal itu dengan menyebut rencana itu akan membunuh mimpi mereka mendirikan sebuah negara yang layak di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dua wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah.
Sebuah pernyataan dari militer Israel menyebut pada 1 Maret 2020 lalu, masyarakat Israel melakukan pekerjaan pertanian dekat kota Migdalim, lalu sekitar 30 warga Palestina datang ke wilayah itu sambil melempar baru hingga terjadi konfrontasi dengan masyarakat Israel. Pasukan militer datang ke lokasi dan membubarkan massa. Namun tak lama, sekitar 120 warga Palestina berkumpul di area dekat lokasi kejadian yang kemudian mengkonfrontasi pasukan Israel dengan membakar ban dan melempar batu sehingga kerusuhan meluas.
Masyarakat desa Qusra yang protes mengatakan Israel telah menghentikan masyarakat Palestina menggunakan atau menanami ladang sejak 1990-an dan sekarang mereka waswas pendudukan ini akan merampas kepemilikan mereka atas lahan. Mohammad Shokri, 80 tahun warga Qusra, mengatakan Netanyahu telah memberikan janji kampanye akan menambah jumlah pemukiman. Israel ingin mengambil alih sejumlah gunung sehingga warga Palestina jadi benar-benar tak punya apa-apa.