TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia terbaru, Muhyiddin Yassin, akhirnya angkat suara soal sebutan pengkhianat yang diberikan Mahathir Mohamad kepadanya. Muhyiddin berkata bahwa ia tidak berniat mengkhianati mantan kompatriotnya itu, melainkan mencoba menyelamatkan situasi yang ada.
"Saya tahu bahwa ada beberapa orang yang marah kepada saya. Dan, sesuai prediksi saya, ada juga yang memanggil saya sebagai pengkhianat," ujar Muhyiddin sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Senin malam, 2 Maret 2020.
Sebagaimana telah diberitakan, Mahathir sangat marah atas manuver politik Muhyiddin. Menurutnya, keberhasilan Muhyiddin menjadi Perdana Menteri Malaysia adalah penghinaan dan pengkhianatan kepadanya. Apalagi, kata Mahathir, Muhyiddin menunjuk dirinya sendiri sebagai ketua Bersatu di saat dirinya tidak ada.
Menanggapi pernyataan Mahathir, Muhyiddin menegaskan kembali bahwa dirinya hanya mencoba meredakan ketegangan politik yang terjadi pasca Mahathir mengundurkan diri. Ia mengklaim tidak menyangka akan menjadi perdana menteri berikutnya.
Sebagai catatan, Muhyiddin terpilih menjadi perdana menteri atas dukungan anggota parlemen dari Bersatu. Adapun kesempatan itu datang ketika dua kandidat perdana menteri lainnya, Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim, gagal mendapatkan dukungan yang diperlukan. Banyak yang menyebut Mahathir salah perhitungan ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengira akan tetap mendapat dukungan dari simpatisannya.
"Saya berpikir panjang sebelum mengambil keputusan (menjadi Perdana Menteri Malaysia). Pilihan apa lagi yang saya punya? Tetap mendukung Mahathir yang tak lagi mendapat dukungan mayoritas atau menerima nominasi sebagai perdana menteri?" ujar Muhyiddin.
Muhyiddin berkeyakinan bahwa ketegangan politik di Malaysia akan berlanjut jika ia tidak merespon nominasi yang diberikan. Apalagi, kata ia, ada kemungkinan parlemen akan dibubarkan dan pemilihan umum akan digelar.
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA