TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi menyiapkan 25 rumah sakit khusus untuk pasien terinfeksi virus Corona atau COVID-19 sebagai tindakan pencegahan jika wabah mulai menyebar di Arab Saudi.
Menurut laporan Arab News, 2 Maret 2020, juru bicara Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Mohammed Abdelali, dalam konferensi pers Ahad mengatakan akan ada 2.200 kamar di rumah sakit tersebut untuk karantina pasien yang membutuhkan penanganan intensif.
Meskipun sejauh ini belum ada kasus yang dikonfirmasi oleh Arab Saudi, negara itu telah melakukan langkah pencegahan dengan melarang sejumlah umat Muslim dunia yang akan melakukan ibadah umrah sejak 27 Februari lalu, menurut informasi yang dikutip Reuters.
Umat muslim memadati area sekitar Masjidil Haram pasca pengumuman pemerintah Arab Saudi yang menangguhkan sementara kedatangan warga negara asing, di Mekah, Arab Saudi, 27 Februari 2020. ANTARA/Arief Chandra
Saat ini terdapat 469.000 peziarah dan pengunjung di Arab Saudi sejak keputusan untuk menghentikan visa dibuat, dan 106.000 peziarah telah meninggalkan Arab Saudi sejak keputusan itu dikeluarkan.
Abdelali juga mengatakan bahwa semua warga negara Saudi di luar negeri telah dievakuasi dari daerah endemis dan telah kembali ke Kerajaan serta menerima tindakan kesehatan yang diperlukan.
Sebelumnya, Saudi juga telah melarang masuknya wisatawan asing dari 25 negara yang telah terinfeksi virus COVID-19, terlebih untuk beberapa wilayah seperti Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, dan Iran. Pejabat Arab Saudi mengatakan meskipun wabah virus Corona dinilai mengkhawatirkan, namun hal itu tidak berdampak pada aktivitas ekonomi negara dan semuanya masih berjalan normal.
Dari kebanyakan kasus yang dikonfirmasi sejumlah negara bagian Timur Tengah itu diduga berasal dari Iran, yang sebelumnya juga bepergian dari Italia.
Iran saat ini telah melaporkan 54 kematian akibat virus Corona, angka tertinggi yang dilaporkan di luar Cina daratan. Sementara di Cina daratan sendiri hampir 3000 orang dilaporkan meninggal akibat virus Corona.
SAFIRA ANDINI | ARAB NEWS | REUTERS