TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah politikus oposisi Korea Selatan, berjanji akan membuat isu permakzulan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menjadi masalah utama dalam pemilu parlemen pada 15 April mendatang. Presiden Moon dituding tidak becus menangani wabah virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 2 ribu orang di Korea Selatan per 28 Februari 2020.
Presiden Moon juga dianggap tidak bergerak cepat dalam mencegah wabah dengan menutup seluruh penerbangan dari Negeri Tirai Bambu. Selain itu, kurangnya suplai masker untuk masyarakat Korea Selatan diduga telah menjadi pemicu lain.
BTS bertemu dan foto bareng Presiden Moon Jae In bersama istrinya. Twitter/@bts_bighit
Menghadapi tekanan ini, Presiden Moon meyakini wabah virus Corona akan segera berakhir dan semua hal akan kembali stabil. Namun ucapan Moon itu segera dibantah oleh Jung Eun-kyeong, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan memperingatkan ini masih terlalu dini untuk mengatakan jika wabah akan segera berakhir. Sedangkan Lee In-young, anggota parlemen dari kubu mayoritas, mendesak masyarakat untuk kembali pada aktivitas normal.
Petisi permakzulan presiden Moon Jae-in yang ditulis sejak 4 Februari lalu saat ini sudah mendapat lebih dari 730 ribu tanda tangan. Mereka menuntut Presiden Moon mundur dari kursi jabatan karena dinilai telah berpihak kepada Cina di tengah wabah mematikan, yang juga sedang membludak di Korea Selatan.
Presiden Moon mengambil alih tampuk kekuasaan di Korea Selatan setelah mantan Presiden Park Geun-hye, terdongkel dari kekuasaan. Park kehilangan kepercayaan publik setelah salah mengelola bencana, yang diantaranya musibah tenggelamnya kapal ferry Sewol.
Saat ini Korea Selatan menjadi sumber penyebaran virus corona terbesar di luar Cina daratan, yang jumlahnya semakin bertambah setiap waktu. Penyebab awal diduga datang dari jemaat gereja di kota Daegu, kota keempat terbesar di Korea Selatan.
SAFIRA ANDINI | NEW YORK TIMES | CNBC