TEMPO Interaktif, Tiblisi: Georgia-Presiden Rusia Dmitry Medvedev telah menandatangani rencana gencatan senjata dengan Georgia pada hari Sabtu (16/8). Kesepakatan ini diharapkan mengakhiri konflik selama sembilan hari terakhir. Di antara enam poin utama persetujuan gencatan senjata, kedua pasukan setuju untuk mundur sampai ke daerah bebas konflik
Juru Bicara Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Nesterenko menegaskan pasukannya tak akan pergi hingga pasukan Georgia melucuti semua amunisinya. "Situasi ini sangat positif," ujar Nensterenko menirukan ucapan Medvedev.
Sementara itu, Presiden Amerika George Bush, melihat peluang ini cukup menjanjikan. Namun, Georgia harus kehilangan bagian Selatan Ossetia dan Abkhazia yang diakui dalam batas internasional.
Presiden Georgia Mikheil Saakasvili menandatangi kesepakatan ini ketika kunjungan Sekretaris Negara Amerika Condoleezza Rice ke Georgia Jumat (15/8). Saakasvili menolak terhadap klausul mengenai dua bagian negaranya tersebut. Ia meminta PBB berperan menentukan bagian Selatan Ossetia dan Abkhazia.
Peperangan sudah mereda, tapi pasukan rusia masih bertahan pada jarak 40 km dari Tiblisi, Ibukota Georgia pada Sabtu ini. Badan PBB bidang Pengungsian (UNHCR), Jumat kemaren menyatakan terjadi 118.000 pengungsi
CNN|BBC| Dianing Sari