TEMPO.CO, Bari – Paus Fransiskus memperingatkan soal solusi tidak atau atau “inequitable solution” untuk menyelesaikan konflik Israel – Palestina.
Paus menilai solusi seperti ini menjadi awal masalah baru.
Pernyataan Paus Fransiskus ini tampaknya mengacu kepada proposal damai Timur Tengah, yang digagas Presiden Amerika Serikat.
Paus menyampaikan ini saat berada di Kota Bari, Italia bagian selatan, seusai menghadiri pertemuan uskup dari berbagai negara.
“Wilayah Mediterania saat ini terancam oleh merebaknya instabilitas dan konflik, baik di Timur Tengah dan berbagai negara di Afrika Utara, juga antara berbagai etnis, agama dan jamaah,” kata Fransiskus seperti dilansir Reuters pada Ahad, 23 Februari 2020.
Paus Fransiskus melanjutkan,”Apakah kita bisa mengabaikan konflik yang belum selesai antara Israel dan Palestina, dengan bahaya solusi tidak adil, dan itu menjadi awal munculnya krisis baru.”
Pertemuan dengan para uskup agung ini dihadiri Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, yang menjadi kepala Latin Patriarchate di Yerusalem. Ini meliputi wilayah Israel, Palestina, dan Yordania.
Ini merupakan pertama kalinya Paus Fransiskus berbicara soal proposal damai Israel – Palestina sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana itu pada 28 Januari 2020.
Selama ini, Paus Fransiskus sering membela hak-hak bangsa Palestina dan hak keamanan Israel.
Proposal Trump itu akan mengakui otoritas Israel atas wilayah pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan meminta Palestina memenuhi sejumlah persyaratan untuk menjadi sebuah negara, dengan ibu kota di Yerusalem Timur.
Namun, proposal Trump ini dianggap menguntungkan Israel sehingga pihak Palestina tidak datang ke Gedung Putih.
Forum Menteri Luar Negeri Liga Arab dan Palestina telah menolak proposal itu. Otoritas Palestina juga telah memutus semua hubungan diplomasi dengan AS dan Israel.
Palestina, yang mendapat dukungan luas dunia internasional, menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan dari sebuah negara merdeka. Sedangkan Israel memandang kota itu sebagai satu kesatuan dan tidak terpisahkan sebagai ibu kota.
Paus Fransiskus telah mengekspresikan kekhawatiran pada 2018 saat AS mengumumkan rencana memindahkan kantor kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Saat itu, Fransiskus mengatakan status quo Kota Yerusalem harus dihormati. Paus juga telah meminta semua pihak menghormati resolusi PBB mengenai status Kota Yerusalem ini.
“Tidak ada alternatif masuk akal untuk perdamaian karena setiap upaya untuk mengeksploitasi dan supremasi melemahkan penggagas dan targetnya. Itu menunjukkan ketimpangan dalam memahami realita karena itu tidak menawarkan masa depan bagi keduanya,” kata Paus Fransiskus.