TEMPO.CO, Melbourne – Sejumlah orang dari politikus, petugas pemadam kebakaran, dan warga masyarakat, melakukan upacara publik di Sydney, New South Wales, pada Ahad, 23 Februari 2020 untuk menghormati 25 orang korban tewas kebakaran lahan di sana.
Kebakaran lahan ini berlangsung dari September hingga hujan lebat pada Februari 2020 dan menewaskan total 33 orang di seluruh Australia.
Sekitar satu miliar hewan lokal Australia juga diperkirakan tewas terbakar dengan luas lahan yang dilahap api mencapai seluas sekitar Korea Selatan. Sebanyak 2.500 rumah ikut hancur.
“Kerusakan terparah terjadi di negara bagian New South Wales,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 23 Februari 2020.
Dari 25 korban tewas di negara bagian terpadat di Australia ini, 19 orang merupakan warga sipil, tiga petugas relawan pemadam kebakaran dan tiga petugas pemadam kebakaran dari Amerika Serikat.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menyampaikan penghargaan kepada para korban dan keluarganya. Dia menyebut,”Anak-anak yang mencium peti mati ayahnya dan para ibu yang seharusnya tidak mengubur anak-anak mereka.”
Scott Morrison mendapat kecaman publik Australia setelah menolak mengaitkan kebakaran lahan ini dengan tren perubahan iklim. Dia justru menyoroti perlunya upaya menyingkirkan vegetasi yang mudah terbakar.
Cara Morrison menangani kebakaran lahan terbesar dalam sejarah Australia ini juga mendapat kritik warga.
Dia memilih berlibur di Hawaii dengan istri dan anak-anaknya pada saat libur Natal Desember lalu dari pada mengoordinasi tim pemadaman api.
Ini memaksa Scoot Morrison mengakhiri libur akhir tahunnya dan kembali dari Hawaii lalu meminta maaf kepada publik secara terbuka. Pekan lalu, dia berjanji Australia bakal menggelar penyelidikan luas mengenai penyebab kebakaran lahan ini.