TEMPO.CO, Jakarta - Dampak wabah virus Corona atau COVID-19 tak hanya pada larangan perjalanan di Australia, namun di bidang pendidikan seperti yang dialami sekitar 100 ribu mahasiswa dan pelajar asal Cina yang tertunda untuk studi di negara Kangguru ini.
Pemerintah Cina melarang warganya bepergian ke luar untuk mencegah penularan wabah virus Corona. Pemerintah Federal Australia pun memperpanjang masa larangan perjalanan dari Cina menuju Australia hingga 22 Februari mendatang.
Sementara hampir seluruh kampus di Australia akan melaksanakan masa orientasi dan kegiatan belajar pada pekan depan.
Beberapa pihak kampus seperti Universitas Sydney menawarkan kelas daring bagi mahasiswanya yang belum dapat hadir di kelas. Kampus juga menawarkan pilihan studi jarak jauh dan fleksibilitas belajar, penarikan dan penangguhan kursus.
Dampak lainnya dari pemblokiran sejumlah mahasiswa yang hendak memasuki Australia juga dirasakan oleh 527 pelajar di Universitas Curtin Australia yang tak bisa mengikuti kelas. Yao, pelajar doktoral di universitas tersebut mengatakan salah satu temannya tidak bisa mengikuti pembelajaran.
"Dia ditahan di bandara ketika akan memasuki Australia, padahal dia baik-baik saja dan bebas dari virus,"kata Yao.
Hal ini membuat pihak kampus mengganti kegiatan belajar melalui video kepada sejumlah pelajar di Cina, menurut Wakil Rektor Universitas Curtin, Deborah Terry.
Langkah yang sama juga diterapkan di Universitas Katolik Aranmore, Perth. Pelajar yang masih terjebak di Cina daratan tetap bisa belajar melalui studi jarak jauh menggunakan program bernama Virtual School Network, yang dikembangkan untuk memantau mahasiswanya.
Meski begitu, beberapa kampus dan sekolah mengaku jika mahasiswa atau murid mereka yang kebanyakan berasal dari Cina tak kunjung kembali akibat wabah virus Corona, maka mereka akan mengalami krisis keuangan. Kampus dan sekolah tidak mendapat pemasukan dari biaya kuliah atau sekolah.
SAFIRA ANDINI | AUSTRALIAN BROADCASTING CORPORATION