TEMPO.CO, Jakarta - Pada suatu kebaktian sederhana di sebuah gereja Ortodoks Rusia Moskow pada hari Minggu pagi, Pastor Igor memimpin doa untuk Cina agar menang melawan epidemi virus Corona COVID-19.
"Ini tentang membantu saudara-saudara kita dari Cina yang menderita kemalangan yang menakutkan ini, wabah yang merusak ini," kata Pastor Igor, dikutip dari Reuters, 17 Februari 2020. "Kami menggelar doa ini dan memohon belas kasihan Tuhan kepada Cina dan rakyatnya."
Menurut angka terakhir, ada 68.500 kasus penyakit dan 1.665 kematian di Cina daratan. Di tempat lain ada sekitar 500 kasus di sekitar puluhan negara dan wilayah, dengan lima kematian, yakni di Jepang, Hong Kong, Filipina, Taiwan, dan Prancis.
Seorang pekerja medis dalam pakaian pelindung memeriksa catatan pasien terinfeksi Virus Corona di rumah sakit Jinyintan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 13 Februari 2020. DIketahui hingga kini, jumlah korban tewas akibat virus corona atau COVID-19 mendekati angka 1.500. China Daily via REUTERS
Rusia telah melaporkan dua kasus virus Corona, yakni dua warga negara Cina yang telah pulih dan telah dikeluarkan dari rumah sakit, menurut pihak berwenang. Rusia telah mengkarantina ratusan warga negara Rusia dan Cina pada saat kedatangan mereka dari Cina.
Oleg Popenkov, seorang jamaah Pastor Igor, mengatakan ia merasa lega penyakit itu tidak menyebabkan kehancuran yang lebih besar di Rusia. Tetapi Cina, katanya, membutuhkan doa.
"Kita harus berdoa agar kemalangan yang terjadi di Cina segera berakhir," kata Oleg.
Sedikitnya 230 warga Rusia saat ini menunggu untuk kembali dari Cina, menurut Badan Transportasi Udara Federal Rusia, dikutip dari CNN.
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan telah membentuk satuan tugas untuk memerangi penyebaran virus Corona, yang dinamai oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai COVID-19.
"Kedutaan Rusia dan konsulat jenderal di Cina memantau dengan cermat situasi dan tetap berhubungan dengan warga Rusia yang berada di distrik China tempat penyakit itu menyebar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Rabu.