TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat bersedia menandatangani perjanjian damai dengan syarat Taliban tidak melakukan teror dan kekerasan.
Kesepakatan perdamaian AS-Taliban dapat ditandatangani bulan ini yang kemudian berujung pada penarikan pasukan AS dari Afganistan, ungkap dua sumber pemerintah Afganistan dan seorang diplomat Barat pada Rabu, menurut laporan Reuters, 13 Februari 2020.
Garis waktu tentatif yang dibagikan oleh sumber datang sehari setelah Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengatakan ada kemungkinan terobosan dalam pembicaraan AS-Taliban di Qatar.
Pembicaraan itu menemui jalan buntu sebagian karena tuntutan AS agar gerilyawan setuju untuk mengurangi kekerasan sebagai bagian dari kesepakatan penarikan pasukan Amerika.
Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik Taliban di ibu kota Qatar Doha, mengatakan kemajuan telah dibuat, tetapi menolak untuk berbagi rincian lebih lanjut.
Seorang mantan pejabat senior Afganistan mengatakan bahwa Ghani akan membahas negosiasi dengan Menlu AS Mike Pompeo akhir pekan ini di sela-sela konferensi keamanan tahunan di Munich, Jerman.
Doha telah menjadi tempat pembicaraan antara pihak-pihak yang bertikai sejak 2018 bahkan ketika pertempuran berlanjut di seluruh negeri, menewaskan ratusan warga sipil dan tentara ketika Taliban telah memperluas kontrol teritorial mereka.
Seorang pejabat Afganistan lain mengatakan Amerika Serikat pada prinsipnya telah menyetujui suatu perjanjian, tetapi itu tidak akan ditandatangani sampai Taliban dapat menunjukkan pengurangan kekerasan (Reduction in Violence/RIV).
Kesepakatan itu dapat ditandatangani segera bulan ini, kata pejabat itu, yang meminta anonimitas.
Seorang diplomat Barat di Kabul mengatakan negosiator AS sedang mengerjakan gagasan bahwa Taliban harus menyetujui pengurangan kekerasan selama setidaknya 10 hari tanpa pelanggaran besar.
"Setelah 10 hari RIV itulah kedua belah pihak dapat mengadakan pembicaraan dan menegaskan rencana untuk mengadakan dialog intra-Afganistan," kata sumber itu dengan syarat anonimitas.
Anggota Taliban membawa senjata sembari mengendarai sepeda motor di Nangarhar untuk merayakan gencatan senjata di timur Kabul, Afganistan, Sabtu, 16 Juni 2018. Taliban memasuki Kabul melalui gerbang di selatan dan tenggara. REUTERS
Laporan New York Times memberikan rincian lebih lanjut draf kesepakatan berdasarkan keterangan pihak yang terlibat dalam diskusi tersebut.
Awalnya, Taliban hanya setuju bahwa mereka tidak akan menyerang wilayah dengan populasi besar, tetapi negosiator AS mendorong penghentian kekerasan yang lebih komprehensif.
Taliban kini telah sepakat untuk tidak menyerang pusat-pusat populasi, jalan raya, dan lembaga-lembaga pemerintah, dengan beberapa pengecualian dan karenanya ini tidak disebut gencatan senjata penuh. Salah satu pengecualian, mereka tetap memiliki hak untuk menyerang jika mereka yakin konvoi pemerintah menggunakan periode ketenangan untuk memasok daerah yang tidak terjangkau oleh mereka.
Seorang pejabat senior Afganistan memberi penjelasan singkat pada diskusi tersebut, mengatakan harapannya adalah bahwa setelah periode uji coba satu minggu, situasinya mungkin akan lebih mirip dengan gencatan senjata.
Tetapi para pejabat lain mengatakan bahwa Amerika mungkin menerapkan ukuran yang tidak terlalu ketat selama periode negosiasi yang panjang antara warga Afganistan, dan bahwa mereka mungkin bersedia menurunkan tingkat kekerasan selama periode itu secara signifikan. Sebagai catatan, lebih dari setahun terakhir, para milisi Taliban telah melakukan antara 50 hingga 90 serangan sehari.
Pejabat AS dan Afganistan telah berulang kali menyatakan keprihatinan bahwa Taliban tidak monolitik, dan mungkin tidak dapat mengendalikan beberapa faksi ekstremis mereka. Tetapi pada tingkat tertentu, ada kekhawatiran yang sama tentang pasukan Afganistan, yang di beberapa tempat sangat bergantung pada bantuan dari milisi lokal.
Jika kedua belah pihak secara resmi mengumumkan pengurangan permusuhan secara resmi, dan jika dianggap berhasil, Amerika Serikat dan Taliban akan secara resmi menandatangani kesepakatan.
Kemudian ketika Washington memulai penarikan bertahap dari sekitar 12.000 pasukan AS yang tersisa, sebuah proses yang bisa memakan waktu dua tahun, Taliban akan duduk bersama para pemimpin Afganistan lainnya untuk membahas masa depan pembagian kekuasaan.