TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan Hong Kong mulai menyelidiki kemungkinan virus Corona tersebar lewat jaringan pipa toilet. Hal tersebut menyusul temuan dua pasien virus Corona di rusun Hong Mei, Tsing Yi, menggunakan jaringan pipa toilet yang sama meski unit mereka terpaut sepuluh lantai pada hari Selasa kemarin, 11 Februari 2020.
Penyebaran virus via jaringan pipa toilet bukan hal yang mustahil. Di tahun 2003, salah satu jalur penyebaran virus SARS adalah melalui jaringan pipa toilet. Wujud buktinya ada di kawasan hunian Amoy Garden di mana 42 penghuninya meninggal, selain 300 penghuni yang tertular, karena penyebaran virus via pipa toilet.
Meski kasus-kasusnya ada, belum menjadi jaminan bahwa menggunakan pipa toilet yang sama berarti berpotensi terserang virus. Menurut Menteri Perumahan Hong Kong, Frank Chan, virus lebih mungkin tersebar pada jaringan pipa toilet yang rusak, bukan yang baik-baik saja. Dalam konteks Hong Mei, kata ia, salah satu pasien virus Corona telah mengubah jaringan pipa toiletnya yang memunculkan indikasi virus tersebar via pipa toilet.
"Investigasi awal menunjukkan bahwa pasien kedua, dari unit 307, telah mengubah pipa toiletnya," ujar Chan sebagaimana dikutip dari CNN, Kamis, 13 Februari 2020.
Personel yang mengenakan alat pelindung bersiap untuk mengevakuasi penduduk dari sebuah bangunan perumahan umum setelah pecahnya coronavirus baru, di Hong Kong, Cina 11 Februari 2020. Empat orang dievakuasi dari sebuah bangunan perumahan di Hong Kong di mana seorang pria dan seorang perempuan dikonfirmasi dengan virus Corona menunjukkan gejala virus seperti flu. [REUTERS / Tyrone Siu]
Ivan Hung, kepala Divisi Penyakit Menluar dari Universitas Hong Kong, menjelaskan bahwa pipa rusak bisa membantu penyebaran virus karena faktor gas. Pipa rusak membuat feses, yang sarat akan bakteri atau virus, tidak terbuang dengan baik. Ketika feses tertahan di salah satu bagian pipa, maka gas yang ditimbulkannya pun tidak akan terbuang dengan baik. Nah, gas tersebut bisa masuk ke dalam hunian dikarenakan pipa toliet umumnya juga terhubung dengan pipa ventilasi.
Dalam kasus SARS di Amoy Garden pada tahun 2003, kata Hung, virus menyebar karena pipa yang rusak. Salah satu bagian pipa toilet yang menyerupai huruf "U" gagal membuang feses serta gasnya dikarenakan tidak adanya air di sana. Padahal, air dibutuhkan untuk mengencerkan feses dan menahan gasnya. Alhasil, gas yang ditmbulkan feses kembali masuk ke dalam hunian dan menyebarkan virus SARS.
Meski begitu, Hung tidak mau langsung mengambil kesimpulan bahwa virus Corona muncul di Hong Mei karena isu yang sama dengan Amoy Garden. Apalagi, kata ia, virus Corona lebih rentan ditularkan lewat kontak badan dan cairan dibandingkan lewat udara seperti virus SARS. "SARS sangat berbeda (dengan virurs Corona) dan lebih serius," ujarnya.
Secara terpisah, juru bicara Hong Mei, Leung Kar-ming, mengatakan bahwa penyelidikan atas jaringan pipa toilet di rusun masih berlangsung. Sejauh ini, pihaknya masih berkeyakinan bahwa modifikasi pipa di salah satu unit pasien lah yang dicurigai menjadi penyebab penyebaran virus Corona.
"Ada modifikasi terhadap pipa pembuangan gas di mana salah satu bagiannya dilepas secara permanen. Hal itu memungkinkan gas (dari feses) untuk masuk. Jika pasien duduk di toilet untuk waktu yang lama, entah karena membaca koran atau hal lainnya, dia bisa terekspos oleh gas tersebut," ujar Kar-ming mengakhiri.
Sejauh ini, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia telah mencapai angka 60.062 kasus. 50 di antaranya berada di Hong Kong.
ISTMAN MP | CNN