TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemimpin distrik di ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan, pada Selasa meminta maaf kepada pasien suspek virus Corona COVID-19 yang sakit kritis karena tidak dirawat tepat waktu.
Staf di distrik Wuchang yang bertanggung jawab atas pengiriman bus ke rumah sakit pada Minggu, diperintahkan untuk meminta maaf kepada pasien dan keluarga mereka satu per satu melalui telepon, menurut media pemerintah, dilaporkan South China Morning Post, 12 Februari 2020.
Pejabat Wuchang mengatakan kepada media pemerintah bahwa mereka salah dan prioritas paling mendesak di distrik itu adalah menerima semua pasien ke rumah sakit atau fasilitas medis lainnya sesegera mungkin.
Pemimpin distrik, yang mengunjungi rumah sakit untuk meminta maaf secara langsung, diejek di daring karena membuang pakaian pelindung ketika kota menghadapi kekurangan pasokan medis.
"Petugas kesehatan tidak memiliki cukup alat pelindung, mengapa Anda memakainya untuk meminta maaf?" seorang pengguna Weibo berkomentar. "Orang-orang ini adalah suspek, bukan yang dikonfirmasi. Sangat disayangkan untuk menyia-nyiakan alat pelindung. Ini (bisa) melindungi nyawa pekerja medis!"
"Saya benar-benar tidak berpikir perlu meminta maaf satu per satu, cukup minta maaf di koran! Jangan buang waktu dan pakaian pelindung pada formalitas," tulis pengguna Weibo lain.
Petugas medis menggunaka pakaian pelindung memberi makan pasien virus corona baru di bangsal terisolasi di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan, di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 8 Februari 2020. Virus corona diyakini muncul pada Desember tahun lalu dari pasar hewan liar di Provinsi Hubei. China Daily via REUTERS
Sebelumnya pemerintah pusat Cina memecat pejabat tinggi Partai Komunis Cina dan Direktur Kesehatan Provinsi Hubei di tengah meluasnya kritik publik terhadap penanganan wabah virus Corona.
Dikutip dari Reuters, badan anti korupsi Cina mengatakan Kepala Komisi Kesehatan Hubei Zhang Jin dan Direktur Kesehatan Provinsi Hubei Liu Yingzi telah dipecat namun tidak memberikan alasan spesifik pemecatan.
Wang Hesheng, yang merupakan Wakil kepala Komisi Kesehatan Nasional Cina, mengambil alih kekosongan jabatan keduanya.
Pemerintah pusat di Beijing juga mendesak anggota masyarakat untuk melaporkan pejabat daerah yang menyalahi tugas. Pemerintah pusat juga mengancam akan memberhentikan para pejabat jika mereka diketahui telah mengabaikan tanggung jawab mereka.
Pengguna media sosial telah menyalahkan pihak berwenang di Kota Wuhan dan Provinsi Hubei karena gagal menahan wabah awal pada bulan Desember, atau terlambat melaporkannya ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Gubernur Hubei Wang Xiaodong dan Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang juga mendapat kecaman keras dari publik.
Pada Ahad 26 Januari, publik bahkan mengkritik gubernur Hubei karena mengoreksi dirinya sendiri dua kali selama konferensi pers karena salah memaparkan data mengenai jumlah masker wajah yang diproduksi di provinsi tersebut.
Pemerintah kota juga mendapat kecaman atas perlakuan terhadap delapan tenaga medis yang dituduh menyebarkan hoaks tentang virus baru yang mirip SARS pada akhir tahun lalu, termasuk dokter Li Wenliang, yang meninggal akibat penyakit itu pada hari Jumat.
Lembaga pengawas korupsi Cina telah mengirim tim ke Wuhan untuk menyelidiki masalah sehubungan dengan dr. Li Wenliang.
Dalam sebuah wawancara dengan CCTV pada akhir Januari, Zhou Xianwang, wali kota Wuhan, mengindikasikan bahwa Beijing setidaknya ikut bertanggung jawab atas kurangnya transparansi.
Zhou juga mendapat kecaman pedas atas penutupan Wuhan, karena ia menangguhkan transportasi dalam kota.
Dalam wawancara itu, Zhou mengakui penanganannya terhadap krisis itu tidak cukup baik dan dia bersedia mengundurkan diri selama itu membantu menahan penyebaran virus Corona.