TEMPO.CO, Jenewa – Lembaga Kesehatan Dunia atau WHO mengharapkan sebanyak mungkin negara membangun fasilitas kesehatan untuk mendiagnosa virus Corona.
Virus ini berkembang pesat di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, dan menyebar ke berbagai negara lewat kontak antarmanusia.
“Ini merupakan upaya untuk menghindari penyebaran wabah virus Corona secara global,” begitu dilansir Reuters dan dikutip Channel News Asia pada Selasa, 11 Februari 2020.
Namun, upaya ini mendapat hambatan karena negara-negara di Asia dan Afrika membutuhkan sampel untuk memvalidasi obat dan alat diagnosa yang mereka buat.
“Tanpa kemampuan diagnosa yang vital, negara-negara mengalami kesulitan untuk mengetahui sejauh mana virus itu telah menyebar atau ada penyakit lain yang memiliki indikasi sama,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala WHO, dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss.
Hingga Senin pekan ini, ada 40.235 kasus infeksi virus Corona terkonfirmasi di Cina. Jumlah korban tewas telah mencapai seribu lebih. Ada 319 kasus penyebaran virus ini di 24 negara.
Sejumlah tes telah dilakukan oleh laboratorium publik. Selain itu, sejumlah perusahaan seperti Thermo Fisher Scientific Inc, GenScript Biotech Corp, dan Co-Diagnostics Inc juga ikut membuat alat diagnosa dan mengajukannya untuk mendapatkan validasi dari pemerintah.
Sedangkan perusahaan farmasi Roche mendistribusikan alat tes virus Corona, yang dirancang oleh Tib Molbiol dari Berlin. Abbott Laboratories juga sedang membuat alat diagnosa serupa.
Secara terpisah, WHO telah mengaktifkan kerja sama dengan jaringan 15 laboratorium rujukan. Selain itu, ada 168 laboratorium global yang ikut mengembangkan teknologi untuk mendiagnosa virus ini Corona ini.
Dr Mike Ryan, kepala Program Darurat WHO, mengatakan peneliti sedang mengembangkan tes antibody untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi virus ini.
Sedangkan untuk Cina, menurut Ryan, memiliki stok bahan baku memadai untuk melakukan tes diagnosa virus Corona. “Tapi mereka kekurangan tenaga laboratorium terlatih untuk melakukannya. Beban kerja di laboratorium sangat berat saat ini,” kata Ryan.