TEMPO.CO, Washington – Jaksa Agung Amerika Serikat, William Barr, mengatakan empat orang peretas militer Cina dikenai tuntutan karena terlibat dalam peretasan perusahaan kredit Equifax pada 2017.
Aksi kriminal itu berdampak pada sekitar 150 juta warga AS.
“Ini merupakan tindakan sengaja, penyadapan besar-besaran untuk mengumpulkan informasi pribadi warga AS,” kata Barr seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 10 Februari 2020.
Empat peretas itu merupakan personil tentara dari Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Ini merupakan salah satu tindakan peretasan terbesar dalam sejarah AS.
Kedutaan besar Cina di Washington tidak memberikan respon soal ini saat dimintai konfirmasinya seperti dilansir Reuters.
Pengumuman oleh Jaksa Agung Barr ini merupakan upaya terbaru dari otoritas Amerika untuk melawan operasi espionase Cina di AS.
Otoritas AS mulai menyoroti tindakan penyadapan oleh Cina dengan menyoroti tindakan pejabat Cina, pebisnis, dan akademisi, yang mencoba mencari rahasia teknologi AS.
Ada 147 juta warga AS yang datanya terkena peretasan di Equifax. Data itu berisi nomor jaminan sosial, tanggal lahir dan informasi surat izin mengemudi.
Peretasan di Equifax ini terjadi selama beberapa pekan. Para peretas meretas jaringan sistem komputer, mencuri rahasia perusahaan, dan data pribadi.
Para peretas ini mencoba menutupi jejak tindakannya dan lokasi mereka dengan menggunakan 34 server yang terletak di 20 negara.
Chief Executive Equifax, Mark Begor, berterima kasih atas investigasi dari kementerian Kehakiman.
“Ini memberi kami rasa aman karena lembaga penegakan hukum federal memperlakukan kejahatan siber terutama oleh negara dengan sikap serius,” kata Begor.
Kasus peretasan lainnya yang melibatkan peretas asal Cina terhadap jaringan informasi di AS juga terjadi pada 2015. Reuters melansir peretas AS menyadap jaringan komputer Kantor Manajemen Personil, dan mencuri data pegawai yang memiliki akses keamanan sensitif. Ini melibatkan 22 juta pegawai federal AS termasuk 5.6 juta rekaman sidik jari.