TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat dari Rusia, Utair Boeing 737, yang membawa 100 penumpang mendarat tak mulus di wilayah utara Negara Beruang Merah itu, yakni menggunakan bagian perut pesawat. Insiden ini terjadi setelah adanya sejumlah masalah rem pendaratan pesawat itu.
Dikutip dari ndtv.com, kejadian ini terjadi pada Minggu, 9 Februari 2020 di bandara Usinsk di wilayah utara Komi, Rusia. Semua penumpang selamat, bahkan tidak ada yang mengalami luka serius.
Pihak Utair menjelaskan pesawat Utair Boeing 737 diterbangkan oleh perubahan angin yang terjadi tiba-tiba saat mendarat di bandara Usinsk. Posisi burung besi itu sudah di landasan ketika sistem instrumen pendaratan tidak bekerja dan penerangan di landasan padam.
Utair mendarat tak mulus pada Minggu, 9 Februari 2020 di Bandara Usinsk. Tidak ada yang terluka. Sumber: The Moskow Times
Gambar yang beredar di dunia maya memperlihatkan pesawat buatan Boeing itu duduk pada bagian perutnya di landasan yang tertutup salju, dimana saat yang sama para penumpang pun dievakuasi.
Total ada 94 penumpang dan enam awak pesawat ketika musibah ini terjadi. Hanya satu penumpang yang terlihat membutuhkan bantuan medis.
“Kami berterima kasih kepada awak pesawat yang tanggap dan bersikap sangat profesional dengan membuat pesawat tetap berada di strip pendaratan hingga benar-benar pesawat berhenti,” tulis Utair.
Dalam keterangannya, Utair juga memuji awak pesawat yang berpengalaman, dimana pilot yang mengemudikan pesawat naas itu sudah memiliki lebih dari 6.900 jam terbang. Sedangkan juru bicara Kementerian Tanggap Darurat wilayah Komi, Rusia, mengatakan pesawat itu mendarat menggunakan bagian ekornya. Penumpang dan awak pesawat dievakuasi menggunakan perosotan darurat.
“Apa yang terjadi di Bandara Usinsk hari ini sungguh tak dapat diterima. Bersyukur tidak ada satu pun yang terluka parah,” kata Kepala Wilayah Komi, Sergei Gaplikov.
Sedangkan Utair menyebut telah menjadwal ulang penerbangan dari Kota Usinsk ke Ibu Kota Moskow, Rusia karena kondisi strip landasan yang tidak bagus. Sejumlah kritikus menyebut Rusia memiliki pemeliharaan pesawat yang buruk dan lemahnya standar keamanan sehingga menjadikannya catatan keamanan terburuk di dunia.