TEMPO.CO, Jakarta - Virus Corona kembali memakan korban. Kali ini warga Amerika yang tewas akibat virus Corona. Mengutip kantor berita Reuters, warga Amerika yang meninggal tersebut adalah seorang pria berusia 60 tahun yang menetap di pusat penyebaran virus Corona, provinsi Hubei.
"Pria Amerika tersebut meninggal di Wuhan, pusat penyebaran virus Corona di provinsi Hubei," ujai pihak Kedutaan Besar Amerika di Cina, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 9 Februari 2020.
Selain warga Amerika tersebut, seorang warga negara Jepang juga meninggal di Wuhan karena virus Corona. Sama dengan warga Amerika yang meninggal, warga Jepang itu berusia 60 tahun.
Mengacu pada data dari South China Morning Post, total ada 37.552 kasus virus Corona di seluruh dunia. Mayoritas kasus berasal di Cina di mana jumlah di sana mencapai 37.198 kasus.
Untuk korban meninggal, angka terbaru adalah 813 orang. Belum diketahui apakah angka tersebut sudah ikut mencamtukan korban yang berasal dari Amerika dan Jepang mengingat keduanya berada di Wuhan, bukan di negara asal mereka. Adapun jumlah pasien yang telah sembuh dari virus Corona adalah 2.152 orang.
Terus meningkatnya kasus virus Corona membuat persediaan obat-obatan dan perlengkapan medis menipis di Cina. Pemerintah Cina, dalam keterangan persnya, berkomitmen untuk mempermudah pendanaan, perizinan, bahan baku, serta fasilitas produksi bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang kesulitan menggenjot produksi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
"Persedian yang ada saat ini minus 20 persen dari jumlah yang dibutuhkan," ujar Deputi Gubernuer Hubei, Cao Guangjing, dalam keterangan persnya pada sabtu malam.
Walau sudah ada pasien sembuh dari virus Corona, beberapa negara masih mengambil tindakan berhati-hati dalam menanggapi epidemi Corona. Beberapa negara, termasuk Amerika, masih memberlakukan travel ban untuk ruten penerbangan Amerika - China untuk menekan penyebaran virus Corona.
Indonesia juga dikabarkan melakukan hal serupa, bahkan menahan impor hewan liar dari Cina.
ISTMAN MP | REUTERS | SOUTH CHINA MORNING POST