TEMPO.CO, Dubai – Pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengatakan pemerintah Iran harus meningkatkan kemampuan militernya untuk mencegah terjadinya perang.
“Kita harus menjadi kuat untuk mencegah setiap perang yang diarahkan ke negara ini. Menjadi lemah akan mendorong musuh-musuh kita untuk menyerang Iran,” kata Khamenei di hadapan para komandan angkatan udara pada Sabtu, 8 Februari 2020 seperti dilansir kantor berita IRNA dan dikutip Reuters.
Pemerintah Republik Islam telah bersumpah meningkatkan kekuatan militernya di tengah tekanan ekonomi dan militer Barat, yang mencoba menekan kemampuan militernya.
Tekanan yang dipimpin Amerika Serikat ini berusaha menanggalkan program nuklir dan rudal balistik Iran.
Pada pidatonya, Khamenei juga menyebut sanksi ekonomi AS sebagqai tindakan kriminal.
“Sejak revolusi terjasi, tujuan mereka adalah mencegah kita sehingga tidak memiliki kekuatan militer dan pasukan angkatan udara yang kuat. Tapi lihat kita sekarang. Kita bahkan telah membuat pesawat terbang. Kita telah mentransformasi tekanan mereka menjadi kesempatan,” kata Khamenei seperti dilansir televisi Iran.
Iran sedang memperingati ulang Revolusi Iran tahun ke 41. Revolusi ini menjatuhkan rezim Shah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, yang didukung AS dan Inggris, pada 1979.
Pemerintah AS telah meningkatkan tekanan politik, ekonomi, dan militer pasca Presdien Donald Trump menyatakan negaranya keluar dari Perjanjian Nuklir Iran.
Trump telah melarang Iran mengekspor minyak mentah dan melarang negara-negara lain membeli minyak dari Iran. Dia juga melarang Iran menggunakan dolar dalam transaksi internasional sehingga memaksa Teheran menggunakan mata uang euro.
Pada awal Januari 2020, seperti dilansir Chanel News Asia, militer AS menyerang Jenderal Qassem Soleimani, yang merupakan komandan pasukan elit Al Quds dari Iran, dengan drone dan menewaskannya. Ini merupakan perintah Trump, yang mengatakan Soleimani berencana menyiapkan serangan ke kedutaan AS.