TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump menyindir Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Senator Republik Mitt Romney sebagai biang keladi pemakzulan dan menuduhnya berdoa agar dia dimakzulkan.
Pelosi yang merupakan seorang Katolik, mengatakan pada bulan Desember bahwa ia tidak membenci Trump dan ia berdoa untuknya. Romney, seorang Mormon, mengatakan dalam pidato emosional di depan pemilihan Senat pada Rabu bahwa imannya memaksanya memilih untuk menghukum Trump.
"Saya tidak suka orang yang menggunakan iman mereka sebagai pembenaran untuk hal yang tidak mereka lakukan. Saya juga tidak suka orang yang mengatakan, 'Saya berdoa untuk Anda' ketika mereka tidak benar-benar melakukannya," ucap Trump pada pidatonya dalam acara tahunan Prayer Breakfast, dikutip dari Reuters, 7 Februari 2020.
Pada Kamis setelah sarapan Prayer Breakfast, Pelosi menyebut pernyataan Trump tentang iman sebagai pembenaran untuk melakukan sesuatu yang salah "benar-benar tidak pantas" dan "khususnya tanpa kelas."
"Pagi ini Presiden mengatakan ketika orang menggunakan iman sebagai alasan untuk melakukan ...hal-hal buruk...benar-benar tidak pantas, terutama saat Prayer Breakfast," kata Pelosi, dikutip dari CNN.
"Saya tidak tahu apa yang dipahami Presiden tentang doa atau orang yang berdoa, tetapi kami berdoa untuk Amerika Serikat," katanya. "Saya berdoa keras untuknya karena dia begitu menyimpang dari Konstitusi, nilai-nilai kita, negara kita."
"Dia benar-benar membutuhkan doa kita, sehingga dia dapat mengatakan apapun yang dia inginkan...tetapi saya berdoa untuknya dan saya melakukannya dengan tulus dan tanpa kesedihan," tambah Pelosi.
Trump hadir di acara bipartisan tahunan dan segera mengambil koran yang diletakkan di tempatnya, salinan USA Today, dengan tajuk "ACQUITTED" atau "Dibebaskan". Donald Trump mengangkat halaman tajuk utama vonis bebas pemakzulannya dan melambaikannya ke kamera media yang disambut tawa para hadirin.
SAFIRA ANDINI | REUTERS | CNN