TEMPO.CO, Jakarta - Netizen Cina merasa terharu membaca tulisan pada kotak bantuan virus Corona dari Jepang yang berisi puisi kuno yang beredar di media sosial.
Sekian dari unggahan media sosial yang paling banyak beredar terkait dengan bantuan Jepang di Cina, adalah salah satu foto yang memperlihatkan kotak masker wajah yang dikatakan sumbangan dari pusat tes berbahasa Cina di Jepang menuju Wuhan.
Dikutip dari Quartz, 4 Februari 2020, foto tersebut memperlihatkan satu baris tulisan pada label yang dilekatkan pada kotak, yang berbunyi: "Tanah yang terpisah, (tapi) berbagi langit."
Kata-kata itu adalah baris dari T Daiwaj Tseiden, sebuah cerita Jepang tentang biksu Buddha Cina Jianzhen yang bepergian di Jepang pada abad ke-8. Jianzhen mengatakan kepada murid-muridnya bahwa baris puisi ini dijahit ke jubah yang diberikan kepadanya oleh seorang raja Jepang, yang mengundangnya untuk memberikan ceramah di Jepang. Tergerak oleh ketulusan raja, dia menerima undangan itu.
Banyak pengguna media sosial merasa bahwa tulisan itu adalah ungkapan solidaritas dari Jepang di tengah wabah, meskipun tidak jelas siapa yang memasang label itu di kotak. "Orang Jepang tampaknya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang puisi kuno daripada kita orang Cina. Saya hampir merasa perlu belajar cara membaca bahasa Mandarin kuno dari mereka," kata seorang netizen sebagai tanggapan terhadap berita tersebut.
— (@maodanqing) January 31, 2020
Pengguna internet di Cina juga memuji sikap Jepang yang lain, termasuk sumbangan 1 juta masker Jepang untuk pengecer di Kota Chengdu, Cina, dan 30.000 masker dari Kota Oita yang merupakan sister city Kota Wuhan. Tagar berbahasa mandarin #Jepang mengirimkan 1 juta masker wajah untuk membantu Wuhan, telah dilihat lebih dari 500 juta kali di Weibo.
"Saya menangis. Kebaikan dari Jepang ini bahkan terlihat lebih berharga dalam menghadapi reaksi dingin terhadap Cina dari beberapa rekan senegara saya," kata seorang pengguna Weibo dalam komentar dari sebuah unggahan Twitter dengan tagar "#Jepang akan melakukan yang terbaik untuk membantu Cina".
Pujian untuk Jepang telah menjadi hal biasa di internet dalam beberapa hari terakhir, yang sejatinya adalah peristiwa yang jarang mengingat sejarah panjang permusuhan antara kedua negara sejak invasi Jepang ke Cina pada tahun 1937.
Pujian netizen Cina muncul karena respons Jepang terhadap krisis virus Corona jauh lebih baik daripada banyak negara lain. Ketika AS dan Australia telah melarang pengunjung yang datang dari Cina daratan dalam 14 hari terakhir, Tokyo sejauh ini hanya memberlakukan larangan masuk pada semua orang asing yang pernah ke Provinsi Hubei, serta pemegang paspor Cina yang dikeluarkan di Hubei. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pada Selasa ia kemungkinan akan memperluas pembatasan.
Pujian datang bahkan ketika Abe menjadi salah satu pemimpin dunia yang langka untuk berbicara tentang perlunya Taiwan diizinkan untuk berpartisipasi dalam WHO.
Selain di luar negeri, orang-orang dari Kota Wuhan atau Provinsi Hubei mendapati diri mereka menjadi sasaran stigma negatif dan diskriminasi di Cina.
Banyak juga yang menggunakan tanggapan Jepang atas virus Corona sebagai cara untuk mengkritik Taiwan, yang telah memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat terhadap warga negara Cina dan membatasi ekspor masker wajah ke Cina. "Jepang berperilaku jauh lebih baik daripada Taiwan saat ini," kata seorang pengguna Weibo. "Mereka yang membenci Jepang dengan cara ekstrem perlu merenungkan diri mereka sendiri."
Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, berbicara pada konferensi pers reguler di Beijing, Cina, 6 Januari 2016. [REUTERS / Jason Lee]
Pemerintah Cina secara resmi juga telah menyampaikan terima kasih kepada Jepang atas sikap dan dukungannya terhadap Cina, ketika negara lain mengalihkan diri.
"Saya sangat tersentuh," kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina pada Selasa, dikutip dari South China Morning Post.
"Saya percaya banyak netizen Cina juga memperhatikan detail yang menghangatkan hati ini," kata Hua. "Kami berterima kasih kepada orang-orang dari negara mana pun yang telah menunjukkan simpati, pengertian, dan dukungan selama masa sulit ini. Kami akan mengenang ini di hati kami."
Sementara pada Senin, Beijing mengkritik Washington karena menutup perbatasannya dengan pengunjung yang pernah ke Cina daratan. Hua mengatakan bahwa AS adalah negara pertama yang menarik staf konsulat dari Wuhan, pusat wabah virus Corona, dan memberlakukan larangan masuk pada pengunjung Cina.