TEMPO.CO, Jakarta - Netizen Cina merasa terharu atas simpati dan bantuan Jepang untuk mengendalikan wabah virus Corona.
Sikap dan empati Jepang kepada Cina atas wabah virus Corona menumbuhkan solidaritas baru kedua negara, yang secara historis bermusuhan sejak invasi Jepang ke Cina.
Salah satunya ketika netizen Cina berbelasungkawa setelah pejabat Jepang berusia 37 tahun, yang mengawasi asrama karantina warga Jepang dari Wuhan, meninggal dunia di dekat asrama di Prefektur Saitama pada 1 Februari.
"Saya benar-benar tidak berharap bahwa pejabat pemerintah pertama yang melakukan bunuh diri adalah orang Jepang," tulis seorang pengguna dalam bahasa Cina di jejaring sosial Weibo, seperti dikutip Quartz, 4 Februari 2020, menggemakan kemarahan yang meluas terhadap pejabat senior Cina yang tidak menyatakan penyesalan atau bertanggung jawab atas respons wabah.
Ucapan belasungkawa bagi pejabat Jepang adalah bagian dari perlakuan hangat yang diterima negara di Cina, di mana pemerintah telah mengecam negara-negara lain, terutama Amerika Serikat, yang membatasi warga negara Cina memasuki perbatasan AS. Sebaliknya, pujian untuk Jepang telah menjadi hal biasa di internet dalam beberapa hari terakhir, yang sejatinya jarang terjadi mengingat sejarah panjang permusuhan antara kedua negara sejak invasi Jepang ke Cina pada tahun 1937.
Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, berbicara pada konferensi pers reguler di Beijing, Cina, 6 Januari 2016. [REUTERS / Jason Lee]
Pemerintah Cina secara resmi telah menyampaikan terima kasih kepada Jepang atas sikap dan dukungannya terhadap Cina, ketika negara lain mengalihkan diri.
"Saya sangat tersentuh," kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina pada Selasa, dikutip dari South China Morning Post.
"Saya percaya banyak netizen Cina juga memperhatikan detail yang menghangatkan hati ini," kata Hua. "Kami berterima kasih kepada orang-orang dari negara mana pun yang telah menunjukkan simpati, pengertian, dan dukungan selama masa sulit ini. Kami akan mengenang ini di hati kami."
Pujian netizen Cina muncul karena respons Jepang terhadap krisis virus Corona jauh lebih baik daripada banyak negara lain. Ketika AS dan Australia telah melarang pengunjung yang datang dari Cina daratan dalam 14 hari terakhir, Tokyo sejauh ini hanya memberlakukan larangan masuk pada semua orang asing yang pernah ke Provinsi Hubei, serta pemegang paspor Cina yang dikeluarkan di Hubei. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pada Selasa ia dapat memperluas pembatasan.
Pujian telah datang bahkan ketika Abe menjadi salah satu pemimpin dunia yang langka untuk berbicara tentang perlunya Taiwan diizinkan untuk berpartisipasi dalam WHO. Taiwan tidak diikutsertakan dalam badan PBB karena keberatan Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri.
Pengguna internet di Cina juga memuji sikap Jepang yang lain, termasuk sumbangan 1 juta masker Jepang untuk pengecer di Kota Chengdu, Cina, dan 30.000 masker dari Kota Oita yang merupakan sister city Kota Wuhan. Tagar berbahasa mandarin "#Jepang mengirimkan 1 juta masker wajah untuk membantu Wuhan", telah dilihat lebih dari 500 juta kali di Weibo.
"Saya menangis. Kebaikan dari Jepang ini bahkan terlihat lebih berharga dalam menghadapi reaksi dingin terhadap Cina dari beberapa rekan senegara saya," kata seorang pengguna Weibo dalam komentar dari sebuah unggahan Twitter dengan tagar "#Jepang akan melakukan yang terbaik untuk membantu Cina".
Selain di luar negeri, orang-orang dari Kota Wuhan atau Provinsi Hubei mendapati diri mereka menjadi sasaran stigmatisasi dan diskriminasi di Cina.
Banyak juga yang menggunakan tanggapan Jepang atas virus Corona sebagai cara untuk mengkritik Taiwan, yang telah memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat terhadap warga negara Cina dan membatasi ekspor masker wajah ke Cina. "Jepang berperilaku jauh lebih baik daripada Taiwan saat ini," kata seorang pengguna Weibo. "Mereka yang membenci Jepang dengan cara ekstrem perlu merenungkan diri mereka sendiri."